Tak Kunjung Ditelepon Joe Biden, PM Israel Benjamin Netanyahu Resah
YERUSALEM, iNews.id – Sudah tiga pekan sejak Joe Biden dilantik jadi presiden AS, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu belum juga menerima telepon dari Gedung Putih. Dia pun tampaknya resah, sembari tetap menunggu ditelepon Biden—seperti kepada para pemimpin negara lainnya.
Netanyahu mengatakan, dia berharap untuk menerima telepon dari Biden segera. “Dia (Biden) menelepon para pemimpin dunia menurut urutan yang dia anggap cocok, dan sepertinya belum sampai ke Timur Tengah,” ujarnya pada awal pekan ini, dikutip The Guardian, Kamis (11/2/2021).
“Hubungan Israel-AS kuat, dan begitu pula persahabatan kami selama hampir 40 tahun, meskipun kami mungkin tidak sepakat dalam beberapa hal,” kata politikus Partai Likud itu.
Kepala Likud Dunia (cabang global partai pimpinan Netanyahu), Danny Danon, menulis cuitan di Twitter yang ditujukan kepada Biden pada Rabu (10/2/2021) kemarin. Dia mencantumkan semua negara yang para pemimpinnya telah ditelepon Gedung Putih, baru-baru ini.
“Joe Biden, Anda telah menelepon para pemimpin dunia, mulai dari #Kanada #Meksiko #Inggris #India #Prancis #Jerman #Jepang #Australia #KoreaSelatan #Rusia. Mungkinkah sekarang saatnya memanggil pemimpin #Israel, sekutu terdekat #US?” tanya Danon.
Pria yang sempat menjadi duta besar Israel untuk PBB tahun lalu itu bahkan menautkan nomor telepon kantor Netanyahu. “Nomor PM adalah: 972-2-6705555,” tulisnya.
Nomor itu terdaftar di situs web Kementerian Luar Negeri Israel, tetapi panggilan dijawab oleh pesan otomatis. Danon tak sungkan untuk menuliskan cuitan tersebut tanpa basa-basi.
Sejauh ini, Netanyahu telah menjalin ikatan erat dengan pemimpin Amerika Serikat sebelumnya, Donald Trump. Berkat Trump, Netanyahu terlibat aktif dalam Perjanjian Abraham yang menormalkan hubungan diplomatik antara Israel dan negara-negara Arab seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain.
Saat ini, Netanyahu tengah menjadi sorotan, setelah hadir dalam persidangan atas tuduhan korupsi. Dia dituding melakukan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan sebagai pejabat. Namun, dia mengaku tidak bersalah, meskipun tuntutan dari rakyatnya terus mendesak.
Editor: Ahmad Islamy Jamil