Tentara Ukraina Siaga Tempur Penuh usai Kapalnya Ditembaki Rusia
KIEV, iNews.id - Ukraina memerintahkan tentaranya siaga tempur penuh setelah kapal angkatan laut mereka ditembak oleh kapal perang Rusia di pantai Krimea, Laut Hitam. Usai insiden itu, Pemerintah Ukraina bersiap mengumumkan darurat militer.
Darurat militer selama 60 hari yang diusulkan Presiden Petro Poroshenko saat ini sedang menunggu persetujuan akhir parlemen Ukraina. Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional (NSDC) Ukraina mendukung penuh usulan tersebut.
"Berdasarkan keputusan NSDC untuk memberlakukan darurat militer, kepala Staf Umum—Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Ukraina—memerintahkan untuk menempatkan semua unit Angkatan Bersenjata Ukraina pada siaga tempur penuh," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Ukraina, seperti dilaporkan Sky News, Senin (26/11/2018).
Sebelumnya diberitakan, kapal perang Rusia menembaki kapal-kapal Angkatan Laut Ukraina setelah dianggap menerobos wilayah Krimea yang dinyatakan sebagai wilayah kedaulatannya.
Selama ketegangan berlangsung pada Minggu petang kemarin, tiga kapal militer Ukraina ditangkap.
Angkatan Laut Ukraina menyatakan, tiga pelautnya terluka dan dua kapal artileri mereka terkena tembakan Rusia di pantai Krimea. Angkatan Laut Ukraina bersikeras Rusia sudah diberitahu sebelumnya soal perjalanan kapal-kapal tersebut.
"Kapal penjaga pantai Rusia melakukan tindakan agresif secara terbuka terhadap kapal angkatan laut Ukraina," katanya.
Sementara itu, Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia menyatakan pihaknya menggunakan senjata setelah kapal-kapal Ukraina mengabaikan desakan untuk menghentikan operasinya.
FSB membenarkan bahwa tiga kapal Kiev ditahan karena menerobos perbatasan secara ilegal. Menurut FSB, tiga pelaut yang terluka menerima perawatan medis dan hidup mereka tidak dalam bahaya.
"Peristiwa berbahaya hari ini di Laut Azov menunjukkan bahwa sebuah front baru agresi Rusia secara terbuka," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Mariana Betsa.
"Ukraina kini menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)," ujar Betsa.
Sebaliknya, FSB mengklaim apa yang terjadi di pantai Krimea adalah hasil provokasi Ukraina.
"FSB memiliki bukti tak terbantahkan bahwa Kiev mempersiapkan dan mengatur provokasi di Laut Hitam," kata FSB, dalam sebuah pernyataan.
"Bahan-bahan (bukti) ini akan segera dipublikasikan," tambah FSB.
Menanggapi ketegangan itu, Uni Eropa menyerukan Rusia dan Ukraina menahan diri untuk mengurangi ketegangan di Laut Hitam.
"Uni Eropa mendesak Rusia untuk mengembalikan kebebasan navigasi melalui Selat Kerch setelah Moskow memblokadenya," kata pihak Uni Eropa.
Krimea melalui referendum melepaskan diri dari Ukraina pada 2014, saat negara itu dilanda krisis ekonomi dan politik. Setelah melepaskan diri, Krimea menyatakan bergabung dengan Rusia.
Namun, Ukraina dan negara-negara Barat tak mengakui referendum dan menuduh Rusia menganeksasi wilayah tersebut. Setelah Krimea bergabung dengan Rusia, Presiden Vladimir Putin menerbitkan peta yang menyatakan Krimea bagian dari wilayah Rusia.
Editor: Nathania Riris Michico