Terungkap! Warga Gaza Dijanjikan Mengungsi ke Indonesia dengan Bayar Rp23,4 Juta
ANKARA, iNews.id - Seorang warga Gaza yang teridentifikasi hanya bernama Bashir, mengungkap kisah getir di balik penerbangan carter misterius yang membawa 153 pengungsi Palestina hingga terdampar di Afrika Selatan.
Kepada Anadolu, Bashir menuturkan dirinya dijanjikan bisa mengungsi ke Indonesia dengan membayar 1.400 dolar AS atau sekitar Rp23,4 juta, melalui sebuah organisasi bernama Al Majd Eropa yang berbasis di Yerusalem Timur.
Berawal dari Pencarian Cara Kabur dari Neraka Perang
Bashir, yang berasal dari Khan Younis di Gaza Selatan, mengatakan dia mulai mencari cara untuk meninggalkan Gaza yang porak-poranda akibat perang sejak 7 Oktober 2023. Dalam pencariannya di internet, dia menemukan akun Facebook Al Majd Eropa yang menawarkan jalur keluar menuju Jakarta.
Dia menghubungi nomor yang tertera kemudian seseorang bernama Moayad, warga Palestina yang mengaku berada di Indonesia, menjawab. Moayad mengklaim dirinya diterbangkan oleh Al Majd Eropa sebagai perwakilan keluarga-keluarga Palestina yang ingin menyelamatkan diri dari Gaza. Bashir pun tergiur.
Bayar Rp23,4 Juta Lewat Rekening Keluarga Zaqout
Meski hanya memiliki 1.600 dolar AS, dia tetap membayar 1.400 dolar AS untuk kursi pesawat menuju Jakarta. Uang itu ditransfer ke rekening milik seorang pria dari keluarga Zaqout di Gaza.
“Hidup kami di Gaza seperti neraka. Jadi saya membayar uang itu,” ujar Bashir.
Setelah pembayaran, dia menerima pesan-pesan instruksi yang mengarahkan langkahnya, dari lokasi di Khan Younis, ke sebuah restoran, hingga akhirnya naik bus menuju perbatasan Kerem Shalom.
Perjalanan Misterius dalam Kendali Tentara Israel
Sesampainya di perbatasan, Bashir tidak menemukan satu pun perwakilan Al Majd. Namun proses kepergian mereka sepenuhnya berada di bawah kendali tentara Israel.
Bashir dan rombongan kemudian dibawa ke Bandara Ramon di Israel. Saat itu dia masih percaya tujuannya adalah Jakarta.
Tujuan Diam-Diam Diubah
Hingga akhirnya mereka diberitahu bahwa otoritas Palestina menghentikan izin perjalanan ke Jakarta, sehingga penyelenggara mengubah tujuan tanpa memberi tahu para penumpang.
“Mereka mengubah tujuan ke Afrika Selatan dan mereka tidak memberi tahu kami,” ungkap Bashir.
Rombongan diterbangkan ke Nairobi, Kenya, lalu dilanjutkan ke Afrika Selatan. Sesampainya di Afrika Selatan, mereka diberi detail hotel melalui WhatsApp dan menginap selama seminggu, sebelum akhirnya mendapat bantuan dari organisasi amal Gift of the Givers.
Namun anak perempuan Bashir yang menyusul kemudian menghadapi pengalaman lebih buruk, diinterogasi polisi Afrika Selatan selama 15 jam dan nyaris dipulangkan ke Kenya.
Pihak berwenang Afrika Selatan curiga penerbangan itu bagian dari skema pengusiran warga Palestina dari tanah mereka. Presiden Cyril Ramaphosa bahkan memerintahkan investigasi terhadap penerbangan misterius tersebut.
Meski begitu, 153 warga Palestina akhirnya diberi izin tinggal bebas visa selama 90 hari.
Editor: Anton Suhartono