Tokoh Agama dan Politik Amerika Dukung Seruan Masjid Muhammad
WASHINGTON, iNews.id - Tokoh-tokoh agama, politik, dan intelektual Amerika Serikat (AS) mengumumkan pernyataan bersama yang mereka sebut “The Nation’s Mosque Statement” (Seruan Masjid Muhammad). Mereka mengajak semua orang yang berkehendak baik dari semua agama dan kebangsaan untuk bergabung dalam aliansi global yang dibangun di atas landasan nilai-nilai keadaban bersama (shared civilizational values).
Seruan aliansi tiga pihak tersebut diungkapkan di Masjid Muhammad, Washington, DC, Selasa (13/7/2021) siang waktu setempat. Mereka hadir untuk menyaksikan diumumkannya pembentukan aliansi antara Gerakan Global Humanitarian Islam, Komunitas Warith Deen Mohammed, dan World Evangelical Alliance (WEA) untuk membangun ikatan yang kokoh di antara agama-agama dunia dalam upaya bersama mencari jalan keluar dari konflik antaridentitas dan memperjuangkan perdamaian.
Hadir antara lain, Johnnie Moore (juru bicara komunitas Evangelis Amerika dan tokoh Partai Republik); David Saperstein (pemimpin Yahudi Reformis yang juga tokoh Partai Demokrat); Paul Marshal (The Hudson Institute); Imam Imam Talib Shareef, pimpinan komunitas W. Deen Mohammed; dan Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf. Beberapa utusan KBRI di Washington, DC juga hadir dalam kesempatan itu.
Menurut Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf, aliansi global itu bertujuan untuk mencegah dijadikannya identitas sebagai senjata politik, membendung penyebaran kebencian komunal, mempromosikan solidaritas, dan saling menghormati di antara kelompok-kelompok, budaya-budaya dan bangsa-bangsa yang berbeda, serta memperjuangkan terwujudnya tata dunia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis berdasarkan penghormatan terhadap kesetaraan hak dan martabat bagi setiap manusia.
Lebih dari 25 tokoh agama dan politik Amerika yang hadir ikut membubuhkan tanda tangan sebagai tanda dukungan mereka bagi seruan tersebut.
Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf dan Sekretaris Jenderal WEA Dr Thomas Schirrmacher, menyampaikan pidato kunci dalam forum yang diprakarsai oleh The Center For Shared Civilizational Values (CFSCV) itu.
“Kita mewarisi sejarah ratusan tahun konflik antaragama. Kini, dalam konteks realitas abad ke-21, dunia tidak tidak mungkin menahankan konflik seperti di masa lalu karena jelas akan membawa keruntuhan peradaban umat manusia seluruhnya,” kata Gus Yahya, sapaan akrab Katib Aam PBNU, Rabu (14/7/2021).
Gus Yahya menyatakan, kini saatnya agama-agama dituntut untuk membangun landasan teologi yang kokoh di lingkungan masing-masing, untuk memberikan panduan bagi umatnya agar mampu hidup berdampingan secara damai di tengah perbedaan.
Di kesempatan itu Gus Yahya menyampaikan salam dari Ketua dan Pendiri CFSCV KH Ahmad Mustofa Bisri. Dia juga menjelaskan bahwa apa yang dijalankannya merupakan pelaksanaan amanat dari mendiang KH Maimun Zubair bahwa Indonesia harus memberi teladan kepada dunia tentang Bhinneka Tunggal Ika.