Tolak Kesepakatan Nuklir Baru dengan AS, Presiden Iran Rouhani: Tawaran yang Aneh
DUBAI, iNews.id - Presiden Iran Hassan Rouhani menolak perjanjian nuklir baru yang diusulkan Amerika Serikat atau disebut 'kesepakatan Trump'. Sebagaimana namanya, perjanjian itu diusulkan Presiden Donald Trump untuk menyelesaikan isu nuklir.
Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 yang di dalamnya turut diikuti Rusia, China, Prancis, Inggris, Jerman, serta PBB.
Rouhani, dalam pidato di stasiun televisi, Rabu (15/1/2020), menyebut 'kesepakatan Trump' itu sebagai tawaran yang aneh. Tak hanya itu, Rouhani juga mengkritik Trump karena selalu melanggar janji.
Dia mengajak AS untuk kembali ke perjanjian nuklir tahun 2015.
Rouhani juga menyentil negara-negara Eropa yang turut meneken perjanjian nuklir tahun 2015 dengan menyebut mereka telah gagal memenuhi komitmen.
Iran berulang kali menolak perjanjian baru atau memperbarui kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan AS. Negeri Paman Sam ikut meneken perjanjian itu pada 2015 saat kepemimpinan Presiden Barack Obama.
Senada dengan Rouhani, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menolak perundingan nuklir langsung dengan AS. Dia juga tidak yakin kesepakatan versi Trump akan bertahan lama.
"Kami sudah memiliki perjanjian dengan AS dan AS mengingkari perjanjian itu. Jika kami punya kesepakatan baru dengan Trump, berapa lama kesepakatan itu akan bertahan, 10 bulan lagi?" katanya, menyindir, saat berkunjung ke India.
Ide tentang kesepakatan baru itu didukung Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Dia meminta Trump mengganti perjanjian nuklir yang lama dengan pakta baru versi Trump guna memastikan Iran tidak bisa membuat senjata nuklir.
Dalam cuitannya, Trump setuju dengan Johnson soal "kesepakatan Trump".
Editor: Anton Suhartono