Topan Molave Picu Tanah Longsor dan Banjir Bandang, 16 Orang Tewas serta Puluhan Lainnya Hilang
QUANG NAM, iNews.id - 16 orang tewas serta puluhan lainnya hilang tertimbun tanah longsor yang dipicu topan di Vietnam tengah. Pencarian korban terkendala cuaca buruk.
Topan Molave memporak-porandakan sejumlah desa di provinsi tengah pada Rabu (28/10/2020). Topan merobohkan pepohonan, menerbangkan atap rumah, serta menyebabkan hujan deras yang memicu banjir. Setidaknya dua orang tewas tertimpa pohon.
Dua insiden tanah longsor terjadi di Provinsi Quang Nam, sebanyak 53 orang dilaporkan hilang dalam musibah tersebut. Baru 16 mayat yang ditemukan sejauh ini. Tim penyelamat masih berjuang mencari korban lain di bawah cuaca terburuk di negara itu.
"Ini adalah musibah yang sangat serius, banyak orang terkubur di bawah tanah," kata Wakil Perdana Menteri, Trinh Dinh Dung, dikutip dari AFP, Kamis (29/10/2020).
"Jalur penyelamatan untuk mencapai lokasi mereka sangat sulit," lanjutnya.
Tentara dikerahkan untuk membantu tim penyelamat, mereka harus melewati daerah berlumpur serta menebang pohon yang menghalangi jalan menunju lokasi musibah.
Diterjang empat badai dalam sebulan
Topan Molave adalah badai keempat yang menghantam Vietnam di bulan ini, memaksa pemerintah mengevakuasi sekitar 375.000 orang ke tempat lebih aman, membatalkan ratusan penerbangan, menutup sekolah, dan tempat wisata.
Di wilayah Danang selatan, angin berkecepatan 145 km/jam menyebabkan tanah longsor, sebelum akhirnya melemah menjadi topan tropis biasa pada Kamis ini.
Penduduk menceritakan bagaimana mereka kehilangan segalanya dalam topan itu.
"Atap saya dan segala sesuatu di rumah saya hancur lebur. Hanya kerangka rumahnya yang tersisa," kata Vo Thi Theu, 64 tahun, dari provinsi Quang Ngai.
26 nelayan dilaporkan juga masih hilang, tim penyelamat dibantu Angkatan Laut (AL) dan helikopter masih mencari dua kapal nelayan yang hilang sebelum badai mencapai daratan.
Sebelumnya, Vietnam mengalami bencana alam banjir bandang dan tanah longsor pekan lalu yang merenggut 130 nyawa dan menghancurkan lebih dari 310.000 rumah.
Editor: Arif Budiwinarto