Tradisi Pemakaman Famadihana, Ritual Menari Bersama Mayat di Madagaskar
JAKARTA, iNews.id- Pernahkah kamu mendengar Tradisi Pemakaman Famadihana? Ritual Famadihana, juga dikenal sebagai 'Memutar Tulang', biasanya dilakukan setiap 5 atau 7 tahun sekali.
Tahapannya dimulai dengan penggalian kuburan, pengeluaran jasad leluhur, dan pembungkusannya kembali dengan kain kafan baru yang diikat dengan tali.
Ritual ini dilakukan oleh Suku Malagasi di Hauts Plateaux, Madagaskar. Setelah semuanya siap, di depan anggota keluarga yang menyaksikannya, tulang belulang leluhur disambut dengan sorak-sorai.
Kemudian, pesta dimulai, diiringi oleh musik yang menghentak. Saat melaksanakan atraksi ini, mereka terkadang mengangkat jasad leluhur sebagai bagian dari tarian mereka.
Ritual ini terbuka bagi siapa saja yang ingin hadir, tidak terbatas pada keluarga saja. Namun, biasanya ritual ini secara khusus diperuntukkan untuk sanak saudara.
Mereka mendekati jasad, bernyanyi, dan tertawa, sambil perlahan membuka pembungkus jasad.
Selanjutnya, dengan penuh ketenangan, anggur disiram ke atas tumpukan tulang dan kemudian ditutup kembali.
Setelah memastikan pembungkus tertutup rapat, tulang belulang tersebut dikuburkan kembali ke dalam tanah sambil diiringi tarian.
Ritual Famadihana diyakini memiliki makna tersendiri dan sangat sakral menurut kepercayaan suku Malagasi. Bagi mereka, Famadihana adalah perwujudan rasa cinta terhadap keluarga yang telah meninggal.
Selama proses ritual ini berlangsung, anggota keluarga tidak peduli dengan tempat tinggal mereka.
Seperti ritual adat lainnya, kehadiran semua anggota keluarga diiringi oleh bawaan yang melimpah, seperti daging, sup, permen, minuman, dan lain sebagainya.
Dapat dipastikan bahwa hampir seluruh anggota keluarga akan merasa gembira, terutama ketika melakukan pengangkatan tulang belulang.
Setelah jasad terurai, mereka percaya bahwa roh orang yang meninggal akan bergabung dengan para leluhurnya. Seremoni penyatuan ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terlaksana.