Trump Ancam Bom Iran, Rusia: Dunia Sudah Bosan dengan Ancaman AS
MOSKOW, iNews.id - Rusia kembali menegaskan pembelaannya terhadap Iran dari ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Sebelumnya Trump mengancam akan mengebom Iran jika tak mau menyepakati perundingan nuklir yang baru dengan AS.
Dalam pernyataan selanjutnya, Trump kembali mengancam bahwa Iran dalam bahaya besar jika tak mau melakukan perundingan langsung. Perundingan tingkat tinggi itu akan berlangsung di Oman pada Sabtu pekan ini. Iran menolak perundingan langsung dengan AS, melainkan harus melalui perantara.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia Maria Zakharova mengatakan, dunia mulai lelah dengan ancaman AS kepada Iran yang tak berujung. Serangan terhadap Iran juga tidak akan membawa perdamaian.
"Dunia mulai lelah dengan ancaman tak berujung terhadap Iran. Ada pemahaman yang berkembang, pengeboman tidak akan membuka jalan menuju perdamaian," kata Zakharova, seperti dikutip dari Reuters, Junat (11/4/2025).
Dia juga mempertanyakan keputusan AS untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), pada 2018. Saat itu AS di bawah kepemimpinan Trump.
Sejak itu, AS kembali menjatuhkan sanksi yang memukul perekonomian Iran. Sebagai bentuk protes, Iran keluar dari komitmen JCPOA dengan meningkatkan pengayaan uranium. Keputusan Iran itu dipandang sebagai upaya untuk membuat bom nuklir.
"Iran tidak bisa bertanggung jawab atas konsekuensi tindakan ilegal mereka (AS cs) yang, secara picik dan perkiraan yang salah, merusak perjanjian," kata Zakharova.
Rusia, lanjut Zakharova, menginginkan solusi negosiasi yang efektif guna mengurangi kecurigaan Barat tentang program pengayaan uranium Iran. Selain itu negosiasi juga bisa memulihkan kepercayaan terhadap Iran.
Program nuklir Iran yang dimulai pada 1950-an dengan dukungan dari AS yang saat itu menjadi sekutu, telah lama menjadi subjek pertikaian, termasuk melibatkan Israel.
AS, Israel, dan beberapa negara besar Eropa mengatakan Iran secara diam-diam berusaha mengembangkan senjata nuklir. Pernyataan itu berkali-kali dibantah Iran.
Editor: Anton Suhartono