Trump Buka Opsi Turunkan Tarif Impor China Jelang Negosiasi Akhir Pekan Ini
WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berharap ada negosiasi substantif antara pihaknya dengan China terkait perdagangan pada akhir pekan ini. Dia menyebut kemungkinan akan menurunkan tarif impor terhadap Beijing hingga 145 persen.
Pernyataan Trump tersebut merupakan pernyataan yang melunak antara dua ekonomi terbesar di dunia itu dalam kebuntuan mengenai tarif dan perdagangan.
Melansir Reuters, setelah lebih dari dua bulan tidak ada tanda-tanda menuju pemulihan hubungan, kedua belah pihak pada minggu ini mengumumkan bahwa mereka akan mengirim pejabat tinggi ke Swiss untuk melakukan negosiasi pada akhir pekan ini.
Sementara itu, tim Trump tengah menggarap sejumlah kesepakatan dagang setelah presiden menghentikan tarif timbal balik bagi sebagian besar negara untuk meredakan perang dagang yang mengacaukan pasar keuangan dan hubungan AS dengan sejumlah negara.
Trump mengindikasikan bahwa AS dapat mengambil langkah untuk meredakan ketegangan tersebut dengan mengurangi pungutan.
"Tidak ada yang lebih tinggi lagi. Sekarang sudah 145 (persen), jadi kami tahu tarifnya akan turun. Saya pikir ini pertemuan yang sangat bersahabat dan berharap dapat melakukannya dengan cara yang elegan," ucap Trump dikutip Jumat (9/5/2025).
Trump meyakini bahwa China sangat ingin membuat kesepakatan terkait tarif perdagangan. Dia juga menyatakan ingin melihat China membuka perekonomiannya.
"Saya pikir kita akan memiliki akhir pekan yang baik dengan China. Saya pikir mereka memiliki banyak hal untuk diperoleh," tuturnya.
Saat disinggung apakah dia akan berbicara dengan Presiden China Xi Jinping usai pembahasan tarif perdagangan, Trump menyebut hal tersebut mungkin saja terjadi.
"Saya mungkin akan berbicara, ya, tentu saja," ucap Trump.
Negosiasi tarif yang akan berlangsung akhir pekan ini di Swiss melibatkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Kepala Negosiator Perdagangan Jamieson Greer serta Kepala Ekonomi China He Lifeng. Pertemuan ini dinilai sebagai langkah pertama menuju penyelesaian perang dagang yang mengganggu ekonomi global.
Editor: Aditya Pratama