Trump Klaim Selamatkan Ekonomi China dari Perang Tarif, tapi Dikhianati
JENEWA, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh China melanggar perjanjian perdagangan yang diumumkan pada awal bulan ini. Pernyataan Trump ini jelas akan menjerumuskan hubungan kedua negara ke level yang lebih rendah lagi.
Ketegangan hubungan AS dan China memasuki babak baru setelah Menlu Marco Rubio mengumumkan akan mencabut visa pelajar mahasiswa China serta memperketat pengajuan visa baru.
Pernyataan terbaru Trump tersebut juga mungkin akan menjerumuskan ekonomi dunia kembali ke dalam ketidakpastian setelah sempat mencair usai kesepakatan di Jenewa, Swiss. AS dan China bulan ini sepakat melakukan "gencatan senjata" perang tarif dengan memangkas besarannya secara signifikan.
Trump, dalam posting-an di media sosial Truth Social, mengungkapkan kembali keyakinannya bahwa ekonomi China berada dalam bahaya yang serius akibat tarif yang diberlakukan AS.
"Dua pekan lalu China berada dalam bahaya ekonomi yang serius! Tarif sangat tinggi yang saya tetapkan membuat China hampir tidak mungkin untuk berdagang di pasar Amerika Serikat yang sejauh ini merupakan nomor 1 di Dunia," kata Trump, seperti dikutip dari Anadolu, Sabtu (31/5/2025).
Trump mengklaim banyak pabrik di China gulung tikar bahkan menyebabkan kerusuhan sipil. Oleh karena itu Trump segera menyepakati perjanjian dagang guna menyelamatkan China.
"Saya menyepakati perjanjian secara cepat dengan China untuk menyelamatkan mereka dari apa yang saya kira akan menjadi situasi yang sangat buruk dan saya tidak ingin melihat itu terjadi," katanya.
Berkat kesepakatan itu, lanjut Trump, kondisi China menjadi stabil serta bisa berbisnis kembali dengan AS.
"Semua orang senang. Itu kabar baiknya. Kabar buruknya adalah China, mungkin tidak mengejutkan bagi sebagian orang, benar-benar telah melanggar janjinya kepada kita," ujarnya.
Sejauh ini belum ada komentar dari China terkait pernyataan Trump tersebut.
AS dan China menyepakati perjanjian perdagangan setelah menggelar perundingan di Jenewa pada 10-11 Mei. Kedua negara sepakat menangguhkan pemberlakuan tarif sangat besar selama 90 hari serta saling menurunkan besarannya 115 persen.
Dengan demikian, terhitung sejak 14 Mei, AS hanya memberlakukan tarif masuk sebesar 30 persen terhadap produk China dibandingkan sebelumnya 145 persen. Sementara China menerapkan tarif masuk 10 persen terhadap produk AS dari sebelumnya 125 persen.
Editor: Anton Suhartono