Ukraina Sebut Tentara Rusia Siksa Anak-Anak Kherson di Sel Khusus
KIEV, iNews.id - Penyelidik Ukraina di daerah yang direbut kembali dari pasukan Rusia, Kherson menemukan sel tempat anak-anak ditahan dan dianiaya. Sebaliknya, Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam perang.
Komisaris Parlemen Ukraina untuk Hak Asasi Manusia, Dmytro Lubinets pada Rabu (14/12/2022) mengatakan, sel itu berada di salah satu dari empat pusat penyiksaan yang dioperasikan oleh pasukan Rusia di Kherson.
"Kami menemukan 10 ruang penyiksaan di wilayah Kherson, empat di wilayah kota," katanya kepada wartawan.
Dia menambahkan, di salah satu ruang penyiksaan, tim menemukan ruang terpisah yakni sel tempat anak-anak ditahan.
"Bahkan penjajah menyebutnya demikian, sel anak-anak," katanya.
Lubinets yang telah mempresentasikan serangkaian laporan tentang dugaan penyiksaan juga mengatakan, kondisi ruang penyiksaan lebih buruk daripada lokasi pengurungan yang diselidiki di daerah lain yang direbut kembali.
Sel anak itu berbeda dari kamar-kamar yang berdekatan. Di sel itu pasukan Rusia meletakkan tikar tipis di lantai.
"Kami telah mendokumentasikan bahwa anak-anak tidak diberi air, diberi air dua hari sekali. Mereka praktis tidak diberi makan," kata Lubinets.
Pasukan Rusia juga menggunakan tekanan psikologis. Pasukan mengatakan kepada anak-anak itu bahwa orang tuanya telah meninggalkan mereka dan tidak akan kembali.
Masih menurut laporan Lubinent, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun ditahan karena memotret peralatan militer Rusia yang rusak.
"Ini adalah anak-anak yang, di mata penjajah, melawan," kata Lubinets.
Sayangnya, Lubinets tidak memberikan bukti atas pernyataannya. Sementara Reuters tidak dapat mengonfirmasi kebenarannya.
Lubinets juga mengatakan, sekitar 12.000 anak Ukraina telah dibawa ke Rusia sejak invasi dimulai pada Februari. Sebanyak 8.600 anak di antaranya diambil paksa.
Pejabat Barat telah berbicara tentang deportasi massal warga Ukraina yang dipaksa melewati batas penyaringan. Duta Besar AS untuk PBB pada bulan September menyebutkan angka deportasi antara 900.000 dan 1,6 juta.
Sebaliknya, Rusia membantah telah melakukan deportasi massal ke Rusia, termasuk anak-anak.
Editor: Umaya Khusniah