Upaya AS Damaikan Serbia dan Kosovo di Balkan Dinilai sebagai Manuver Pencitraan
WASHINGTON, iNews.id - Amerika Serikat berharap dapat mendorong terobosan dalam pembicaraan antara dua negara bermusuhan di wilayah Balkan, Kosovo dan Serbia. AS ingin kedua negara membuka pintu kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan.
Lebih dari dua dekade setelah konflik etnis berdarah, Serbia menolak mengakui kemerdekaan Kosovo pada 2008. Kosovo merupakan bekas provinsi Serbia saat perang berkecamuk.
Jalan menuju perdamaian dua negara mulai terlihat ketika pemimpin Serbia dan Kosovo duduk bareng dalam pertemuan yang difasilitasi Amerika Serikat di Gedung Putih pada Kamis dan Jumpat pekan lalu.
Para pejabat AS berharap pertemuan antara Perdana Menteri Kosovo, Avdullah Hoti Presiden Serbia dan Aleksandar Vucic membahas kerja sama ekonomi dapat membantu mengarahkan mereka ke jalan memperbaiki hubugan.
"Kami seperti terjebak dalam diskusi politik dan kami terus membahas masalah yang sama berulang kali tanpa banyak kemajuan," kata seorang penasihat Presiden Donald Trump dikutip dari AFP, Rabu (2/9/2020).
"Kami yakin bahwa konsentrasi di sektor pembangunan ekonomi akan menghasilkan kemajuan," kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya.
Di sisi lain, sejumlah kritikus memandang inisiatif AS mempertemukan dua negara yang berkonflik di Balkan itu sebagai manuver pencitraan Trump. Sebab, pertemuan tersebut berlangsung dua bulan jelang digelarnya pemilihan presiden AS pada November mendatang.
Padahal, upaya untuk meredakan ketegangan Serbia dan Kosovo sudah dilakukan oleh Uni Eropa (EU) selama hampir satu dekade. Sedangkan, AS baru-baru ini mencari peran di bawah Richard Grenell, utusan khusus yang ditunjuk oleh Trump.
Sementara Grenell dituduh mempersulit proses yang dipimpin Uni Eropa (EU) untuk membawa Beograd dan Pristina mencapai kesepakatan.
Editor: Arif Budiwinarto