Update Band Radja Diancam Dibunuh: Polisi Malaysia Selesaikan Penyelidikan, Serahkan Berkas ke Jaksa
KUALA LUMPUR, iNews.id - Kepolisian Malaysia telah menyelesaikan penyelidikan kasus ancaman pembunuhan terhadap grup band Radja yang mengadakan konser di Larkin, Johor Bahru, Sabtu (11/3/2023. Berkas-berkas penyelidikan telah diserahkan ke kejaksaan.
Kepala Kepolisian Johor Datuk Kamarul Zaman Mamat mengatakan, pihaknya sudah meminta keterangan dari 17 orang dan dua tersangka dalam proses penyelidikan kasus band Radja diancam dibunuh. Selain mendapat ancaman pembunuhan, band rock Indonesia itu juga dimaki-maki saat kejadian.
"Berkas penyidikan sudah dikirim ke wakil jaksa penuntut umum untuk mendapat petunjuk dan petunjuk lebih lanjut," katanya dilansir dari The Star, Selasa (14/3/2023).
Kamarul Zaman menjamin penyelidikan dilakukan menyeluruh dan tanpa kompromi sesuai dengan hukum di negara itu. Dia kembali mengimbau masyarakat untuk tidak berspekulasi lebih jauh terkait kejadian tersebut.
Kepolisian Malaysia sebelumnya menangkap dua pria yang diduga terkait dengan ancaman pembunuhan terhadap band Radja pada Minggu (12/3/2023). Kedua tersangka, masing-masing berusia 37 dan 48 tahun, diamankan di markas polisi distrik selatan Johor Baru pukul 15.30. Keduanya disangkakan dengan Pasal 506 KUHP untuk delik intimidasi kriminal dan Pasal 14 Undang-Undang Pelanggaran Ringan Tahun 1955 atas perilaku menghina.

Sementara Ian Kasela dan manajemen Radja menyampaikan apresiasi kepada Kepolisian Johor yang bergerak cepat menangani kasus ancaman pembunuhan yang mereka alami.
"Saya respect sama kepolisian sana. Saya terima kasih banget. Kami dari manajemen Radja mengucapkan terima kasih terhadap Kepolisian Johor, respect, cepat, good banget itu," kata Ian Kasela dalam pernyataannya kepada media, dikutip dari video di Instagramnya, Selasa (14/3/2023).
Diberitakan sebelumnya grup Band Radja menerima ancaman pembunuhan setelah konser di Larkin Arena Indoor Stadium, pada Sabtu (11/3/2023), sekitar pukul 11.15 malam. Vokalis Radja, Ian Kasela, mengatakan kasus ini berawal dari kesalahpahaman antara mereka dan penyelenggara acara.