Uskup Agung Katolik Berusia 90 Tahun Diculik Kelompok Separatis
YAOUNDE, iNews.id – Seorang uskup agung Katolik berusia 90 tahun diculik di Kamerun Barat yang dicengkeram konflik antara kelompok separatis dan pasukan keamanan di negara itu. Kabar penculikan itu dikonfirmasi oleh Keuskupan Agung setempat, Jumat (6/11/2020).
Pemuka agama Katolik yang diculik itu bernama Christian Tumi. Dia memiliki posisi sebagai uskup agung emeritus dan pensiunan kardinal yang sering berusaha menjadi penengah dalam krisis di wilayah konflik itu. Tumi diculik pada Kamis (5/11/2020) malam di sebuah jalan dekat Kota Kumbo, di bagian barat laut Kamerun.
“Kardinal dan sopirnya dibebaskan beberapa waktu yang lalu. Sungguh melegakan, tetapi juga mengerikan mengetahui bahwa seorang kardinal berusia 90 tahun disandera,” kata Uskup Agung Kota Douala, Samuel Kleda.
Akan tetapi, sekitar 10 orang lainnya yang juga diculik bersama Tumi masih belum dibebaskan sampai sekarang. Di antara mereka yang ditangkap itu terdapat seorang pemimpin daerah setempat, Sehm Mbinglo. Pria itu memiliki kedudukan sebagai tetua adat Nso.
“Masyarakat sedang menegosiasikan pembebasan mereka,” kata seorang sumber yang tak ingin disebutkan namanya kepada AFP.
Lebih dari 3.000 orang tewas dan lebih dari 700.000 lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak Oktober 2017, ketika kelompok militan mendeklarasikan kemerdekaan di dua wilayah barat Kamerun. Di dua wilayah itu, penduduk penutur Bahasa Inggris menjadi kelompok mayoritas. Deklarasi tersebut belum diakui secara internasional.
Kelompok HAM mengatakan, berbagai kejahatan dan pelanggaran dilakukan oleh kelompok separatis dan pasukan keamanan di wilayah bergolak itu.
Para separatis kerap melakukan penculikan—yang sering kali bertujuan untuk meminta tebusan. Akan tetapi, tak jarang pula mereka membunuh sandera. Di antara korban penculikan kelompok itu petugas keamanan, guru, dan warga sipil yang dituduh bekerja sama dengan pemerintah.
Pada Selasa (3/11/2020) lalu, separatis menculik 11 guru dalam penggerebekan di sebuah sekolah Presbiterian di Kota Kumbo. Akan tetapi, mereka kemudian membebaskan para guru itu dua hari kemudian, setelah penduduk setempat pergi ke kamp separatis dan menyerukan pembebasan sandera.
Penutur bahasa Inggris terhitung sekitar empat juta dari 23 juta penduduk Kamerun. Kehadiran mereka merupakan warisan kolonialisme sekitar 60 tahun yang lalu.
Pada 1961, Kamerun Selatan yang dikuasai Inggris memilih untuk bergabung dengan bekas koloni Prancis yang baru merdeka. Sementara, Kamerun Utara bergabung dengan Nigeria.
Editor: Ahmad Islamy Jamil