Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Sebut Amerika Negara Nuklir Nomor 1, Rusia Nomor 2 dan China Ke-3
Advertisement . Scroll to see content

Warga Uighur ke Pemerintah China: Tunjukkan Ayah Ibu Saya Masih Hidup

Rabu, 13 Februari 2019 - 11:30:00 WIB
Warga Uighur ke Pemerintah China: Tunjukkan Ayah Ibu Saya Masih Hidup
Dua anak mengusung poster bertuliskan #MeTooUyghur. (Foto: HALMURAT HARRI)
Advertisement . Scroll to see content

BEIJING, iNews.id - Sejak media Pemerintah China merilis sebuah video guna menunjukkan seorang musisi etnis Uighur dalam kondisi sehat -meski berbagai laporan menyebutkan dia sudah meninggal dunia- berbagai orang Uighur membanjiri media sosial dengan pesan berisi permintaan kabar tentang kerabat mereka yang hilang.

Pada 10 Februari, sebuah rekaman video yang dirilis China Radio International layanan bahasa Turki menampilkan musisi Abdurehim Heyit, yang menyebut dirinya berada dalam kondisi sehat.

Peluncuran video tersebut berjarak sehari setelah Pemerintah Turki mendesak China menutup kamp-kamp penahanan etnis Uighur berdasarkan kabar kematian Abdurehim Heyit.

Pertanyaan-pertanyaan tentang keaslian video itu dan kapan perekamannya dilontarkan sejumlah kelompok etnis Uighur.

Kini, dengan menggunakan tagar #MeTooUyghur di Twitter dan Facebook, kerabat para tahanan dan aktivis mengemukakan pertanyaan kepada pemerintah China mengenai bukti keberadaan mereka.

Sekitar satu juta orang Uighur dan warga Muslim lainnya diyakini berada dalam kamp tahanan yang disebut Pemerintah China sebagai pusat pelatihan kejuruan dan diperlukan guna memerangi terorisme.

Seorang warga, Alfred, mencuit bahwa dia tidak melihat orangtuanya selama lebih dari 11 bulan.

"(Saya ingin) pemerintah menunjukkan kepada saya mereka masih hidup," cuit Alfred, seperti dilaporkan BBC, Rabu (13/2/2019).

Kaum Uighur di wilayah Xinjiang berada dalam pengawasan ketat oleh aparat China. Banyak orang Uighur yang bermukim di luar China mengatakan mereka belum bisa berbincang dengan kerabat mereka di negara itu selama bertahun-tahun.

Babur Jalalidin dan adik perempuannya juga khawatir terhadap nasib orangtua mereka yang ditahan sejak Januari 2018. Mereka meminta pemerintah China menyediakan bukti bahwa ayah dan ibu mereka masih hidup.

Putra mantan pemimpin redaksi Xinjiang Cultural Journal, Qurban Mamut, memohon kepada pemerintah China untuk membebaskan ayahnya yang hilang sejak 2017.

"Tunjukkan juga video ayah saya, Qurban Mamut. Anda memutus hubungan kami selama lebih dari setahun," cuit Bahram Qurban.

Kemudian, sepupu dari pesepak bola profesional, Erpat Ablekrem, memohon kepada pemerintah China melalui Facebook untuk membebaskannya dari "kamp konsentrasi" yang menurutnya menjadi tempat Ablekrem ditahan sejak Maret 2018.

Di Finlandia, aktivis Uighur, Halmurat Harri, bertanya tentang banyak sosok lainnya yang masih hilang.

Pada Sabtu (9/2), juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Hami Aksoy mengatakan, "Bukan lagi rahasia bahwa lebih dari satu juta warga Turki Uighur yang ditangkap secara sewenang-wenang menjadi sasaran penyiksaan dan indoktrinasi politik di penjara."

Dia juga menyebut bahwa mereka yang tidak ditahan berada di bawah tekanan besar.

"Pembangunan kembali kamp konsentrasi di abad 21 dan kebijakan asimilasi sistematik pemerintah China terhadap warga Turki Uighur adalah aib besar bagi kemanusiaan," kata Aksoy.

Dia menyebut laporan tentang kematian Heyit semakin memperkuat reaksi publik di Turki akan pelanggaran HAM serius di Xinjiang; serta meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk mengambil langkah efektif demi mengakhiri tragedi kemanusiaan di sana.

China pun balas merilis pernyataan yang menyebut komentar pemerintah Turki sebagai kebohongan dan bertolak belakang dengan fakta.

Pada Agustus 2018, Komite PBB untul Penghapusan Diskriminasi Ras mendengar laporan-laporan kredibel bahwa China menahan satu juta orang Uighur dalam pusat penanggulangan ekstremisme.

Sejumlah organisasi pelindung HAM melaporkan warga Uighur ditahan di kamp-kamp tahanan ini bukan atas kehendak mereka dan mereka tidak diperkenankan menghubungi kerabat.

China berulang kali membantah tudingan ini seraya menegaskan bahwa kamp-kamp itu adalah pusat pelatihan kejuruan.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut