WHO: Eropa Jadi Pusat Pandemi Global Virus Korona
JENEWA, iNews.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkhawatirkan masifnya perkembangan kasus virus korona di Eropa, di mana Italia merupakan negara terparah.
Dari 10 negara dengan kasus virus korona terbesar, enam di antaranya berada di Eropa, yakni Italia, Spanyol, Jerman, Prancis, Swis, dan Norwegia.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, Eropa saat ini mengonfirmasi kasus infeksi dan kematian akibat virus korona lebih banyak dibandingkan wilayah lain, selain China.
"Eropa saat ini telah menjadi pusat pandemi. Lebih banyak kasus kini dilaporkan setiap hari ketimbang di China saat puncak epidemi," katanya, dikutip dari AFP, Sabtu (14/3/2020).
Hingga Sabtu, virus korona telah menginfeksi lebih dari 134.000 orang, lebih dari 5.000 penderita di antaranya menninggal.
Menurut Tedros, korban tewas melebihi 5.000 orang merupakan peristiwa tragis. Dia pun mendesak negara-negara melakukan langkah menyeluruh.
"Jangan hanya mengetes. Jangan hanya melacak kontak (penderita). Jangan hanya mengarantina. Jangan hanya menjaga jarak sosial. Lakukan itu semua (bersamaan)," tuturnya.
Dia menegaskan, virus tak bisa dilawan jika tidak tahu di mana posisinya. Oleh karena itu, hal yang harus dilakukan adalah mencari, mengisolasi, mengetes, dan menangani setiap kasus, sehingga mata rantai penularan bisa diputus.
"Jangan biarkan api ini menyala," ujarnya.
Kepala unit penyakit WHO Maria Van Kerkhove memperingatkan virus korona tidak bisa diketahui kapan akan mencapai puncaknya secara global. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran ke semua aspek.
"Kami berharap lebih cepat," tuturnya.
Sementara itu kepala program kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan, tindakan melarang pertemuan publik bukan cara efektif untuk menangkal virus.
"Langkah-langkah menjaga jarak sosial tidak akan menghentikan pandemi," katanya, meski tak menampik ada dampak positif yang bisa ditimbulkan.
Menurut dia, hal yang paling penting adalah bertindak. Berdiam diri saja merupakan hal yang salah.
"Kesalahan terbesar adalah tidak bergerak. Kesalahan terbesar adalah dilumpuhkan oleh rasa takut akan kegagalan," katanya.
Editor: Anton Suhartono