5 Halte Transjakarta yang Dibakar oleh Demonstran Saat Aksi 29–30 Agustus 2025
JAKARTA, iNews.id - Inilah 5 halte Transjakarta yang dibakar oleh demonstran pada 29–30 Agustus 2025 menyisakan luka mendalam bagi warga Jakarta. Demonstrasi yang awalnya digelar untuk menyampaikan aspirasi politik berubah menjadi kericuhan yang merusak berbagai fasilitas umum.
Transjakarta sebagai tulang punggung transportasi publik di Ibu Kota pun ikut terdampak, dengan sejumlah halte strategis hangus terbakar.
Kericuhan bermula pada Jumat malam, 29 Agustus 2025, saat ribuan massa berkumpul di sekitar kawasan DPR/MPR, Polda Metro Jaya dan Kwitang.
Suasana yang awalnya kondusif berubah tegang ketika terjadi bentrokan antara aparat dan kelompok massa. Api kemudian terlihat di beberapa titik, termasuk halte-halte Transjakarta.
Awalnya dilaporkan sekitar lima halte terbakar, namun belakangan jumlahnya bertambah hingga mencapai tujuh. Meski demikian, istilah 5 halte Transjakarta yang dibakar oleh demonstran lebih populer di publik karena merupakan laporan awal yang cepat menyebar di media sosial.
Berikut halte-halte yang mengalami kerusakan berat akibat aksi tersebut:
Halte Polda Metro Jaya berada di Jalan Jenderal Sudirman, tepat di depan Markas Polda Metro Jaya. Halte ini merupakan salah satu titik penting di Koridor 1 TransJakarta yang setiap hari dipadati penumpang dari arah Blok M maupun Kota.
Saat aksi ricuh 29–30 Agustus 2025, halte ini hangus terbakar. Bangunannya kini hanya menyisakan kerangka dan puing, menjadi saksi bisu amarah massa. Banyak warga yang melewati lokasi tersebut sempat berhenti untuk mengabadikan kondisinya yang mengenaskan.
Halte Senen Toyota Rangga terletak di Jalan Letjen Suprapto, kawasan perdagangan Senen, Jakarta Pusat. Halte ini melayani Koridor 2 dan 14 serta terkoneksi dengan Halte Sentral Senen.
Saat kerusuhan, halte ini menjadi salah satu yang rusak paling parah. Bangunannya habis terbakar hingga hanya menyisakan rangka besi. Bahkan jembatan penyeberangan orang (JPO) yang menyambung ke halte juga ikut rusak berat, membuat akses warga benar-benar terputus.
Halte Sentral Senen berada di bawah flyover Jalan Gunung Sahari, di perempatan Senen. Halte ini selama ini menjadi simpul transit penting karena melayani Koridor 5 Ancol–Kampung Melayu sekaligus terhubung dengan halte lain di kawasan Senen.
Kondisinya kini sangat memprihatinkan karena api melalap hampir seluruh bagian bangunan. Foto-foto terbaru menunjukkan halte hanya tinggal rangka, sementara kaca dan panel-panel elektronik sudah hangus tak bersisa.
Halte Senayan Bank DKI terletak di Jalan Jenderal Sudirman, tak jauh dari kawasan Gelora Bung Karno. Dulu halte ini dikenal sebagai Halte Gelora Bung Karno dan menjadi salah satu yang paling ramai digunakan pekerja maupun penonton acara olahraga.
Dalam kericuhan akhir Agustus 2025, halte ini ikut dibakar. Kondisinya kini rusak berat, dengan bagian dinding dan fasilitas layanan publik hancur. Halte modern yang sebelumnya nyaman, kini tampak seperti bangunan tak terurus akibat kobaran api.
Halte Gerbang Pemuda juga menjadi korban pembakaran saat demo. Halte ini berada di kawasan Gerbang Pemuda, yang merupakan jalur vital penghubung ke pusat kota dan Gelora Bung Karno.
Api yang membakar halte tersebut membuat seluruh fasilitas rusak parah. Kondisi terkini menunjukkan halte tidak bisa digunakan sama sekali, dan seluruh pelayanan bagi penumpang di lokasi itu dialihkan ke titik sementara.
Kerusakan halte-halte tersebut membuat ribuan penumpang kesulitan mengakses layanan Transjakarta. Malam itu, pihak operator memutuskan menghentikan sebagian besar operasional demi keselamatan penumpang.
Rute-rute tertentu dialihkan, bahkan ada yang dihentikan sepenuhnya pada sekitar pukul 22.00 WIB.
Keesokan harinya, warga Jakarta terpaksa mencari moda transportasi lain. Banyak yang beralih ke ojek daring atau kendaraan pribadi, yang akhirnya memperparah kemacetan di sejumlah ruas jalan utama. Para pekerja, pelajar, hingga pedagang kecil yang bergantung pada transportasi murah dan cepat ini pun menjadi korban dari insiden tersebut.
Kerugian materi juga tidak sedikit. Transjakarta memperkirakan kerusakan bernilai miliaran rupiah karena bukan hanya bangunan halte yang hangus, tetapi juga peralatan penting seperti sistem tiket elektronik, panel informasi, hingga pendingin ruangan.
Pihak Transjakarta berusaha tetap memberikan pelayanan terbaik dengan membuka halte darurat dan menyiapkan jalur alternatif. Meski belum bisa sepenuhnya normal, langkah ini setidaknya membantu penumpang agar tidak terlalu terganggu.
Itulah 5 halte Transjakarta yang dibakar oleh demonstran pada 29–30 Agustus 2025 menjadi simbol bahwa konflik sosial bisa berimbas langsung pada kehidupan masyarakat. Peristiwa ini tidak hanya menimbulkan kerugian materi, tetapi juga merampas kenyamanan publik yang mengandalkan transportasi umum setiap hari.
Editor: Komaruddin Bagja