Anies : Lokasi Gedung DMI terkait Erat Sejarah Perjuangan Islam Pasukan Mataram Serang VOC
JAKARTA, iNews.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengikuti acara tasyakuran Gedung Pengurus Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) di Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur, Rabu (10/11/2021). Anies berharap gedung baru PP DMI dapat mendorong tranformasi masjid di Indonesia.
Tasyakuran gedung baru PP DMI itu dihadiri Ketua Umum PP DMI Jusuf Kalla, Wakil Ketua Umum PP DMI Syafruddin Kambo dan Ketua pembangunan Gedung PP DMI Rudiantara.
"Masjid bukan hanya tempat beribadah tapi di masjid ini kita juga mendapatkan kesetaraan. Mudah-mudahan kantor ini jadi pusat transformasi masjid-masjid di Indonesia, salah satunya sound system lebih baik," ujar Anies.
Dia bersyukur karena PP DMI saat ini memiliki gedung sendiri yang megah. Pelantikan pengurus DMI sebelumnya, kata dia di Masjid Istiqlal dengan kantor yang terbatas.
"Alhamdulillah beberapa tahun kemudian punya gedung baru yang sangat megah, representatif dan strategis," ucapnya.
Menurutnya, Gedung PP DMI di Jalan Matraman Raya berada di lokasi strategis dan erat kaitannya dengan nilai histori perjuangan Islam oleh pasukan Mataram di Jakarta yang dahulu bernama Batavia.
"Matraman ini tempat pasukan Mataram ketika pasukan Sultan Agung ke Jakarta menyerang VOC itu terhentinya di sini, bahkan mereka tidak kembali lagi ke Mataram," katanya.
Dia mengucapkan terima kasih dan motivasi kepada para pengurus DMI dalam menjalankan organisasi tersebut. "Tidak ada pensiun dalam urusan masjid. Boleh saja jabatan pemerintahan selesai, boleh saja tugas di korporasi selesai, tapi tugas mengurus masjid tidak ada kata selesai," ucapnya.
Sementara itu, Rudiantara menjelaskan, proyek pembangunan Gedung PP DMI telah diinisiasi sejak tahun 2018. Gedung tersebut memiliki 10 lantai dengan luas 4.200 meter persegi .
"Ini belum selesai 100 persen dalam artian pasti ada perubahan-perubahan, seperti ruang rapat. Ada juga permintaan dari pemadam kebakaran untuk revisi jalur evakuasi di bagian belakang," katanya.
Editor: Kurnia Illahi