Kasus Leptospirosis Meningkat usai Banjir Jakarta
BANDUNG, iNews.id - Kasus penyakit leptospirosis yang biasa menular melalui kencing tikus diketahui meningkat di sejumlah rumah sakit di Jakarta. Peningkatan dirasakan usai banjir melanda Jakarta pada awal tahun 2020 kemarin.
Hal itu disampaikan dokter RS Premier Jatinegara, Laura Anasthasya saat menjadi pembicara dalam peluncuran PRUTotal Critical Protection (PRUTop) dan PRUTotal Critical Protection Syariah (PRUTop Syariah) di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (18/1/2020). Dia mengatakan jumlah kasus di RS Premier Jatinegara belum bisa menjadi rujukan peningkatan di seluruh wilayah Jakarta.
"Ada peningkatan di RS Premier Jatinegara, tapi belum bisa jadi rujukan bagi seluruh Jakarta karena harus ada penghitungan detail secara keseluruhan. Tapi memang ada peningkatan karena sebenarnya kasus ini sangat jarang terjadi," katanya.
BACA JUGA: Kerja Bakti, Begini Ekspresi Anies saat Masukkan Sampah dan Lumpur Sisa Banjir ke Dalam Karung
Dia mengatakan dalam sepekan terakhir RS Premier Jatinegara menangani lima sampai enam kasus Leptospirosis. Dia mengaku terakhir menangani penyakit itu tiga tahun lalu.
"Saya juga berkomunikasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit lain ternyata ada tiga sampai empat kasus. Berarti ada peningkatan dibanding hari biasanya," ucapnya.
Laura menjelaskan seluruh pasien penyakit Leptospirosis pernah bersentuhan dengan banjir Jakarta. Dia mengatakan jika tak ditangani segera maka penyakit itu bisa menyerang ginjal, menyebabkan gagal ginjal akut hingga pendarahan paru-paru.
BACA JUGA: Anies Sebut Normalisasi Sungai Antarprovinsi Kewenangan Kementerian PUPR
"Yang paling parah adalah kegagalan multiorgan. Gejala awal penyakit ini seperti flu sehingga tidak disadari banyak korban. Gejala awal bisa demam, linu, mata kemerahan hingga air seni berwarna seperti teh," ucapnya.
Dia menegaskan masyarakat agar segera berobat jika menemui gejala-gejala tersebut. Laura mengatakan penyakit Leptospirosis termasuk penyakit kritis jika sudah masuk fase gagal multiorgan.
Editor: Rizal Bomantama