Mengenali Filosofi pada Secangkir Teh di House of Tea
JAKARTA, iNews.id – Ada semacam ungkapan bahwa hidup itu ibarat secangkir teh. Rasanya akan bergantung pada bagaimana orang-orang meracik, menyeduh, dan menikmatinya.
Di dalam secangkir teh, kita dapat menemukan rasa nikmat, aroma nan khas, dan kehangatan. Pada lain waktu, dengan racikan yang berbeda, kita mungkin akan mendapati rasa sepat dan aroma yang lain.
Begitu pula dengan hidup. Jika kita cerdas mengaturnya, hari-hari yang kita lewati bakal selalu sarat makna. Jika kita “meracik” hidup ini dengan penuh rasa kasih, niscaya kita akan mendapati kehangatan dari orang-orang sekitar. Setiap rasa dalam hidup itu bergantung pada bagaimana kita menyikapinya, kata Satria Gunawan Suharno.
Itu hanyalah sedikit filosofi yang hendak dia tunjukkan lewat bisnisnya. Pendiri sekaligus pemilik House of Tea itu hampir tak pernah luput menyisipkan pesan moral dalam secangkir teh racikannya.
Satria menuturkan, masyarakat Indonesia sejak zaman dulu sudah akrab dengan teh yang dinikmati secara turun-temurun. Namun, masih sedikit dari mereka yang bisa menikmati berbagai varian lain teh nusantara, terutama dalam bentuk kualitas terbaiknya.
“Bangsa kita ini belum lagi mengenal teh yang sesungguhnya,” ujar Satria saat berbincang dengan iNews.id, akhir pekan ini.
“Jadi, ketika kami tawarkan teh yang berbeda (dari yang umumnya dinikmati masyarakat banyak), teh kami justru bisa dinikmati tanpa menggunakan pemanis, apa pun itu bentuknya. Dan pasti ada rasa unik di antaranya,” kata pria kelahiran 1962 itu.
Satria mendirikan House of Tea pada 2015. Dia mengelola kedai teh yang beralamat di bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan, ini bersama tiga karyawan. Selain itu, dia juga dibantu istri dan seorang anaknya menjalankan bisnis tersebut.
Satria mengatakan, produk House of Tea dihasilkan dari para petani teh di Indonesia. Karenanya, UMKM ini memiliki banyak sekali mitra petani dari beberapa daerah di Tanah Air. “Ada di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan satu di Sumatra Barat,” ucapnya.
Satria sendiri memulai kariernya sebagai petani sejak 1985. Pengalaman yang panjang itu membuatnya mengerti betul soal pemilihan teh bermutu tinggi.

Di kedainya, Satria menawarkan teh dalam berbagai varian. Ada produk teh kering yang antara lain berupa white tea, green tea special, black tea special, dark oolong, dan earl grey. Kini, produk-produk itu sudah siap ekspor.
“Sebelum pandemi, kami sudah sempat ekspor ke Taiwan. Namun saat ini berhenti, belum ekspor lagi,” ungkapnya.
Seluruh bahan dasar produk House of Tea berkualitas premium dan dipetik secara manual dengan tangan. Menurut dia, semua proses pengolahan teh mulai dari sejak ditanam, dipetik, hingga diracik, akan sangat berpengaruh kepada aroma dan rasa minuman yang dihasilkan.
Omzet yang diraup kedai teh ini rata-rata mencapai Rp300 juta per tahun. Sejak 2015, tren penjualan teh di tempat ini terus meningkat.
“Begitu masuk pandemi, kami memang sempat agak melambat selama beberapa bulan. Tetapi itu tidak berlangsung lama, karena kami sudah mem-back up teman-teman yang buka kedai teh ataupun kafe-kafe yang membutuhkan teh dari kami,” ujarnya.
Saat ini, peminat produk House of Tea tak hanya di Jawa. Tetapi juga ada di Bali, Sumatra, dan Kalimantan. Bahkan, baru-baru ini teh racikan Satria juga sudah sampai di Timika, Papua. Dia pun optimistis, teh dengan kualitas terbaik akan terus dibutuhkan banyak orang ke depannya.
Tahun lalu, House of Tea masuk dalam daftar 500 UMKM BRILianpreneur 2021. Program binaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI itu sudah berlangsung sejak 2019. Lewat program tersebut, para pelaku UMKM menampilkan produk-produk terbaik dalam negeri, sekaligus mendukung pemerintah dalam Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.
“Di sini, BRI membantu penjualan kami lewat market places yang mereka ciptakan. Ini sangat bermanfaat buat kami,” tutur Satria.
Selain itu, BRILianpreneur juga memberikan berbagai pelatihan secara gratis bagi para pelaku UMKM. Meski pada tahun lalu pelatihan itu lebih banyak digelar secara daring karena situasi pandemi Covid-19, menurut Satria dampak yang dihasilkannya cukup signifikan.
Dia mengatakan, peran BRI itu memberi kontribusi dalam bisnis yang dia jalankan sehingga dapat bertahan sampai sekarang. Dia pun berharap program BRILianpreneur bisa terus berkembang di masa mendatang.
Editor: Ahmad Islamy Jamil