BOGOR, iNews.id - Mata Julian Bagas Pratama berbinar. Senyumnya terkembang lebar. Dengan dada sedikit membusung dan jari terkepal, bibirnya cepat melontar satu kata: “Astronot!”
Muhammad Rizky Septian yang duduk di sebelahnya tertawa. Namun bocah berkulit langsat itu seolah tak mau kalah. Giliran ditanya, jawabannya berkelebat. “Mekanik pesawat,” ucapnya bersemangat. Kali ini Julian yang terbahak. Keduanya sesaat saling pandang, lantas sama-sama tertawa dan memalingkan muka. Agak malu, rupanya.
Ini 12 Negara yang Berani Akui Taiwan sebagai Negara Merdeka
Julian dan Rizky, siswa kelas VI SDN Gunung Geulis 02, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, hari itu duduk sebangku. Mereka bercampur dengan siswa kelas IV dan V di salah satu ruang untuk mengikuti pelajaran yang diberikan “guru istimewa”. Bukan guru biasanya, melainkan pengajar yang benar-benar tak pernah hadir di sekolah ini sebelumnya.
Ya, Sabtu pagi (18/5/2024) lalu memang berbeda. SDN Gunung Geulis 01 dan 02 yang bangunannya berada dalam satu kompleks kedatangan BRI Peduli Jurnalis Mengajar. Mereka tak lain wartawan dari berbagai media massa yang terpilih dalam program BRI Fellowship Journalism.
Malam Inaugurasi BRI Fellowship Journalism 2024, BRI Kukuhkan 50 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
Hadir pula jurnalis senior dan sejumlah pemimpin redaksi (pemred) yang sebelumnya menjadi mentor dalam program Journalist on Site BRI Fellowship Journalism. Dalam barisan ini terdapat Latief Siregar (mantan Pemimpin Redaksi MNCTV), Domu D Ambarita (Tribunnews), Syukri Rahmatullah (Berita Satu), Darojatun (Merdeka) dan Zen Teguh Triwibowo (iNews.id).
Mengajar anak-anak SD merupakan bagian dari kegiatan yang digelar BRI Peduli. Terbagi dalam beberapa kelompok, para jurnalis pun menjadi ‘guru dadakan’. Dengan rasa campur-aduk antara senang dan sedikit deg-degan, mereka lantas membagikan ilmu dan pengalamannya.
BRI Peduli Salurkan Bantuan CSR di SDN 01 dan 02 Gunung Geulis Bogor
Seru? Sudah pasti. Ceria dan gelak tawa kerap pecah kala ‘Pak Guru dan Bu Guru” itu mengajari murid-muridnya. Tengok saja kala Latief Siregar tiba-tiba mendapuk Opang, salah satu siswa untuk berdiri di depan kelas.
“Apa cita-cita Opang?” tanya Latief.
“Tentara,” ucap bocah murah senyum itu, mantap.
“Ya sudah coba kau hormat, hormat ke sana, yang sedang motret kamu,” ucap Latief seraya menunjuk mentor lain dalam kelas.
Bukannya hormat dengan sikap sempurna, Opang malah tersipu. Badannya molat-molet (meliuk-liuk) seperti berusaha menghindar. Baru setelah diinstruksikan lagi oleh Pak Guru Latief, dia akhirnya menghormat bak perwira TNI. Tawa pun berderai.
Akan halnya Julian Bagas Pratama dan M Rizky Septian, mereka pun menggantung cita-cita setinggi langit. Julian bermimpi dapat menjadi astronot dan menembus antariksa/luar angkasa. Sementara Rizky yang memang punya antusiasme dengan dunia penerbangan berharap kelak dapat menjadi mekanik pesawat andal.
Siapa pun boleh bermimpi. Bahkan tinggi-tinggi. Asal ada tekad, disertai kerja keras dan diiringi doa, bukan tidak mungkin cita-cita itu bakal terealisasi suatu hari nanti.
“Yakin dan percaya lah cita-cita kalian akan terwujud. Yang penting adik-adik harus tetap rajin belajar, semangat, dan jangan pernah menyerah untuk menggapainya,” tutur Wakil Pemimpin Redaksi Okezone Tuty Ocktaviany, yang juga kebagian menjadi guru dadakan.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku