Nadiem Makarim Tak Wajibkan Mahasiswa Skripsi, IPB University: Kita Sudah Sejak 4 Tahun Lalu
BOGOR, iNews.id - Instutut Pertanian Bogor (IPB) University menyambut baik adanya aturan baru terkait skripsi dihapuskan menjadi syarat kelulusan bagi mahasiswa jenjang Sarjana (S1) atau Diploma 4 (D4). IPB University rupanya telah menerapkan sistem tersebut untuk mahasiswanya sejak tahun 2019 lalu.
"Jadi itu yang saat ini kita sudah lakukan dan Alhamdulillah, begitu kementerian mengeluarkan kebijakan ini tentu kami menyambut baik karena kami sudah melakukan 4 tahun sebelumnya," kata Rektor IPB University Arif Satria usai pembukaan Dies Natalis ke-60 IPB University, Jumat (1/9/2023).
Menurut Arif, kebijakan tersebut sangat tepat karena, karena mahasiswa penting untuk dibekali mekanisme yang sejalan dengan perencanaan karirnya.
"Kita sudah mengeluarkan panduan bagi sarjana dan dioloma bahwa tugas akhir itu tidak harus berbentuk skripsi yang berbasis riset tetapi bisa laporan magang, bisa laporan pengembangan masyarakat di lapangan, bisa dari riset, bisa dari bisnis plan. Jadi mahasiswa misalnya punya fasion dalam pengembangan masyarakat maka dia melakukan pengembangan masyarakat di satu semester itu bisa langsung diklaim sebagai tugas akhir," ungkapnya.
"Tapi syaratnya mereka tetap harus membuat laporan akhir yang tidak serumit skripsi riset, laporan akhir untuk melatih skill agar bisa menuangkan pengalamannya dalam bentuk tulisan mudah dibaca dan memenuhi standar akademik," sambungnya.
Mahasiswanya, lanjut Arif, tidak bisa diseragamkan menjadi peneliti. Tetapi, harus ada pilihan bagi mahasiswa untuk perencanaan karir ke depannya.
"Peneliti bagus, harus yang penting, skripsi juga masih penting tapi harus diberi opsi lain dan kita sudah mempraktikkan bahkan teknik industri sudah 100 persen tidak riset adalah dateng ke perusahaan berkelompok memecahkan masalah, kemudian masalah itu dilaporkan," katanya.
Dia pun mengaku tidak khawatir dengan kualitas lulusan IPB Unversity dengan adanya sistem tersebut. Sebab, kualitas mahasiswanya sudah ditingkatkan jauh sebelumnya terutama melalui magang yang mengasah soft skill denhan terjun ke masyarakat.
"Jadi kuliah di kelas mengalami keterbatasan, kalau riset saja tidak melibatkan masyarakat dia hanya study, mengamati, bagi-bagi kuisioner, diolah tanpa ada keterlibatan bagaimana dia berusaha berkolaborasi dengan masyarakat itu yang penting," ucapnya.
Di samping itu, tambah Arif, bahwa sebenarnya skripsi sebagai syarat penentuan lulus tidak ada diberlakukan di negara lain seperti Amerika dan Inggris. Dia pun memandingkan mahasiswa S1 IPB University itu tingkat kesulitan risetnya setara S2.
"Di Inggris sampai S2 pun gak pake tesis. Indonesia itu standarnya berat sekali, bahkan S1-nya indonesia itu sebenarnya sebagian besar itu bisa ditafsirkan S1 di IPB itu kualitasnya, risetnya setara dengan S2 kan kasian dibebani dengan standar tinggi banget," tutupnya.
Diketahui, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim telah mengeluarkan aturan baru yakni skripsi dihapuskan menjadi syarat kelulusan bagi mahasiswa jenjang Sarjana (S1) atau Diploma 4 (D4). Aturan ini tertuang dalam Permendikbudristek No 53 Tahun 2023 Tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
Pengganti skripsi nantinya bisa berbentuk tugas akhir sesuai keputusan masing-masing perguruan tinggi. Tugas akhir tersebut bisa berbentuk macam-macam, bisa berbentuk prototipe, proyek, bisa berbentuk lainnya, bukan hanya skripsi tesis dan disertasi.
Editor: Faieq Hidayat