Sejarah Jalur Kereta Pertama di Jakarta: Rute Batavia-Buitenzorg
JAKARTA, iNews.id - Sejarah jalur kereta pertama di Jakarta menjadi hal yang patut disimak karena merupakan moda transportasi umum yang akrab dengan warga Jakarta. Apalagi dengan kehadiran kereta rel listrik (KRL) yang menjadi transportasi utama penunjang para pekerja dari daerah sekitar Jakarta ke Ibu Kota.
Dikutip dari website PT Kereta Api Indonesia (KAI), Gagasan pembangunan jalur kereta di Jakarta yang pada zaman penjajahan Belanda disebut Batavia tercetus oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda JJ Rochussen pada 1846. Jalur yang pertama dia usulkan yakni dari Jakarta menuju ke Buitenzorg (Bogor).
Menurutnya, keberadaan kereta api di Jakarta dibutuhkan untuk menunjang kepentingan ekonomi, politik, dan komunikasi pemerintahan. Terutama di bidang ekonomi untuk mengangkut komoditas dari perkebunan di pedalaman Priangan ke pelabuhan di Jakarta. Sementara itu Bogor menjadi tujuan pertama pembangunan rel di Jakarta karena keberadaan Gedung Algemeene Secretarie (saat ini Istana Bogor) yang merupakan tempat kedudukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan pusat administrasi pemerintahan.
Selanjutnya Kerajaan Belanda mengutus David Maarschalk melakukan survei dan menyusun rencana pemasangan jalur kereta api Jakarta-Bogor. Maarschalk merupakan seorang militer Letnan 1 Zeni.
Survei dilaksanakan oleh militer karena di jalur tersebut dianggap rawan, baik gangguaan keamanan maupun tantangan dari pemilik tanah. Pada tahun 1853, Maarschalk menyarankan pembangunan dilakukan oleh pemerintah namun pengoperasiannya dikelola oleh swasta.
Setelah proses survei dan perencanaan kurang lebih hampir 20 tahun, perusahaan kereta api swasta, Nederlandsch Indisch Spoorweg Maatschapij (NISM) mendapatkan konsensi pembangunan berdasarkan surat keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 27 Maret 1864 dan tanggal 19 Juni 1865 serta surat keputusan Raja Belanda tanggal 22 Juli 1868. Pembangunan pun dimulai tanggal 15 Oktober 1869.
Proyek pembangunan jalur sepanjang 56 km tersebut dipimpin oleh Ir JP Bordes yang terbagi menjadi tiga seksi yakni Jakarta-Weltevreden, Weltevreden-Meester Cornelis (Jatinegara), dan Meester Cornelis-Bogor. Kemudian dibangun juga jalur simpangan ke Meester Cornelis dan simpangan ke Kleine Boom (Pasar Ikan).
Berbeda dengan jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) milik NISM yang memakai lebar jalur 1.435 mm, jalur Jakarta-Bogor menggunakan lebar jalur 1.067 mm. Jalur rel ini tergolong kelas dua dengan bobot batangan rel 25 kg per batang dan dapat dilalui rangkaian kereta berkecepatan antara 20-59 km/jam.