1.000 Hari Tragedi Kanjuruhan, Keluarga Korban Gelar Doa dan Desak Keadilan Tuntas
MALANG, iNews.id – Ratusan orang berkumpul di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Kamis malam (25/6/2025) untuk memperingati 1.000 hari Tragedi Kanjuruhan. Dalam suasana haru dan khusyuk, mereka menggelar doa bersama, bertepatan dengan malam 1 Suro dalam kalender Jawa.
Terlihat sejumlah keluarga korban dan Aremania memanjatkan doa bagi 135 korban jiwa yang gugur pada malam kelam 1 Oktober 2022 lalu. Doa dilakukan sebagai bentuk penghormatan sekaligus seruan agar proses hukum terhadap tragedi ini dituntaskan secara adil.
Devi Athok, salah satu orang tua korban Tragedi Kanjuruhan, kembali menegaskan desakan agar pelaku intelektual di balik peristiwa ini diadili secara setimpal. Dia menilai, putusan hukum yang selama ini muncul sangat tidak sesuai dengan kenyataan.
"Inginnya pelaku-pelaku yang belum tersentuh hukum itu bisa dihukum dengan setimpal. Karena putusan di Laporan Model A sangat tidak sesuai dengan kenyataan yang ada," ujar Devi Athok, di sela doa bersama, Kamis (26/6/2025) malam.
Devi juga menyayangkan penggunaan pasal kelalaian dalam proses hukum yang selama ini berjalan. Dia menegaskan bahwa tindakan penembakan gas air mata ke arah tribun penonton tidak bisa dianggap sebagai kelalaian semata.
"Tapi kok hukumannya hanya seperti itu, pasalnya hanya pasal kelalaian, seharusnya pasal pembunuhan, karena mereka ini meninggal dengan disengaja, bukan tidak disengaja," ucapnya.
Keluarga korban juga menyoroti tidak adanya restitusi yang dijanjikan dalam Laporan Model A. Bahkan hingga kini, mereka belum menerima kompensasi atau kejelasan soal hak-hak korban.
"Kemudian restitusi dari Laporan Model A juga sampai detik ini tidak ada realisasinya. Kita tidak melihat nilainya, tapi kita sangat kecewa karena begitu murahnya harga nyawa di Indonesia," kata Devi.
Demi keadilan, keluarga korban berencana menyurati Komisi III DPR RI dan Mabes Polri agar penanganan kasus ini bisa dituntaskan secara menyeluruh.
Sebagai catatan, Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 usai laga Arema FC vs Persebaya menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Sebanyak 135 orang meninggal dunia, dan lebih dari 600 penonton mengalami luka-luka. Tragedi ini membuat Arema FC dikenai sanksi berat dan dilarang menggunakan Stadion Kanjuruhan sebagai markas.
Editor: Donald Karouw