Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Heroik! 6 Prajurit TNI Hadapi Hujan Panah Beracun demi Selamatkan Warga dan Guru di Yalimo
Advertisement . Scroll to see content

4 Aksi Prajurit Kopassus yang Melegenda, Nomor 3 Bawa Granat ke Musuh sambil Takbir

Selasa, 30 Juli 2024 - 05:28:00 WIB
4 Aksi Prajurit Kopassus yang Melegenda, Nomor 3 Bawa Granat ke Musuh sambil Takbir
Berikut empat aksi heroik prajurit Kopassus yang melegenda. Salah satunya merangsek ke kerumunan musuh membawa granat sambil takbir. (Foto: Ilustrasi/Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Sejumlah prajurit Kopassus menjadi legenda dalam operasi di medan tempur. Tercatat sedikitnya empat prajurit Korps Baret Merah beraksi hingga melegenda.

Aksi-aksi heroik itu dilakukan pada sejumlah operasi seperti Operasi Banteng Ketaton hingga pembebasan sandera pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Thailand.

Operasi-operasi tersebut mengangkat beberapa nama prajurit atas kontribusi yang mempertaruhkan nyawa. Bahkan, tak sedikit yang dianugerahi penghargaan atas jasanya tersebut.

Berikut empat aksi prajurit Kopassus yang melegenda di medan tempur sebagaimana iNews.id rangkum dari berbagai sumber, Selasa (29/7/2024).

1. Agus Hernoto

Agus Hernoto, prajurit Kopassus yang menolak membocorkan rahasia saat Operasi Banteng Ketaton 1982 meski harus kehilangan satu kakinya. (Foto: Dok B H Hernoto)
Agus Hernoto, prajurit Kopassus yang menolak membocorkan rahasia saat Operasi Banteng Ketaton 1982 meski harus kehilangan satu kakinya. (Foto: Dok B H Hernoto)

Jasa dan pengabdian Agus Hernoto bersama Kopassus tak akan terlupakan. Bahkan, dia rela kehilangan satu kakinya demi menjaga kedaulatan negara.

Agus Hernoto merupakan perwira TNI veteran Operasi Trikora yang tertembak di Merauke, Irian Barat atau yang kini dikenal Papua. Sebagai prajurit Kopassus, Agus mengajukan diri untuk ikut dalam operasi pembebasan Irian Barat.

Dalam Operasi Banteng Ketaton pada pertengahan 1962, pasukan melakukan terjun payung di utara Fakfak. Beberapa prajurit sukses mendarat di tanah, namun tak sedikit juga yang berakhir di pepohonan. Mereka langsung terlibat kontak senjata dengan prajurit Belanda usai terjun payung. Tiga orang gugur dan sejumlah lainnya luka-luka.

Prajurit yang selamat melarikan diri ke hutan. Hanya saja, Agus Hernoto yang tertembak dan dibawa oleh pasukan medis Belanda. Bukannya diobati, Agus justru dijadikan tawanan hingga disiksa di Sorong. Akan tetapi, dia bersikukuh menolak membocorkan informasi hingga disiksa secara terus menerus.

Luka yang dialaminya juga tidak dirawat dengan layak, sehingga kakinya membusuk dan mengeluarkan belatung. Dia pun rela diamputasi dengan peralatan medis seadanya.

Karena kondisinya, Agus Hernoto kemudian dikeluarkan dari pasukan. Benny Moerdani selaku rekan dan atasannya membela, namun dia ikut dikeluarkan. Keduanya kemudian bertemu kembali dalam tim Operasi Khusus. 

Meskipun terhalang keterbatasan fisik, Agus Hernoto selalu berperan aktif dalam operasi intelijen seperti Operasi Komodo. Atas jasanya, dia dianugerahi kehormatan Bintang Sakti pada 1987 saat berpangkat kolonel dengan jabatan Pamen BAIS ABRI.

2. Achmad Kirang

Operasi pembebasan penumpang pesawat DC-9. (Foto: Sindonews/Ist).
Operasi pembebasan penumpang pesawat DC-9. (Foto: Sindonews/Ist).

Pada 31 Maret 1981, Kopassus yang saat itu masih bernama Kopassandha ditugaskan untuk melakukan operasi pembebasan sandera pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Thailand. Letnan Satu (Lettu) Infanteri Anumerta Achmad Kirang menjadi salah satu prajurit Kopassus yang ikut ambil bagian.

Saat itu, pesawat Garuda dibajak lima anggota Komando Jihad. Pesawat seharusnya mendarat di Medan, namun kelima pembajak membelokkan pesawat menuju Kolombo, Sri Lanka, sebelum akhirnya mendarat di Bangkok.

Para pembajak berhasil ditembak mati dalam operasi yang berlangsung hanya tiga menit tersebut. Sandera pun tidak ada yang terluka. Hanya saja, Achmad Kirang ditembak oleh salah seorang pembajak bernama Mahrizal. Dia juga sempat melukai perut bawah kirang.

Achmad dan Kapten Pilot Herman Rante tewas beberapa hari kemudian setelah mendapat dirawat. Kirang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional. Kopassus pun mendirikan monumen Achmad Kirang di Markas Sat-81 Gultor Cijantung untuk mengenang jasa Kirang.

3. Pratu Suparlan

Prajurit Kopassus Pratu Suparlan. (Foto: Kopassus).
Prajurit Kopassus Pratu Suparlan. (Foto: Kopassus).

Kisah heroik Pratu Suparlan dalam operasi militer di Timor Timur pada 9 Januari 1983 menjadi salah satu cerita yang melegenda. Dia bahkan dijuluki sebagai rambonya Indonesia.

Tentara gabungan Nanggala-LII Kopassandha, sebelum berganti nama menjadi Kopassus, saat itu berpatroli di KV 34-34/Kompleks Liasidi yang terkenal rawan. Mereka berpatroli di sarang pentolan pemberontak Fretilin, sayap militer terlatih Timor Timur, yang tidak segan menghabisi musuhnya.

Saat patroli berlangsung, sekitar 300 personel Fretilin yang bersenjata lengkap menyergap pasukan patroli TNI dari ketinggian. Serangan yang mendadak menyebabkan banyak prajurit TNI gugur. Komandan tim (dantim) lalu menginstruksikan prajurit yang masih tersisa melarikan diri melalui celah bukit.

Akan tetapi, Suparlan tetap maju untuk mengawal rekannya menyelamatkan diri. Dia menerjang pasukan Fretilin menggunakan senapan mesin rekannya yang gugur. Suparlan tetap berlari merangsek ke barisan Fretilin meski tubuhnya dikoyak banyak peluru, membalas tembakan musuh hingga amunisi senjatanya habis.

Bermodalkan pisau komando, dia berlari ke semak belukar. Sebanyak enam pasukan musuh berhasil dirobohkan dengan pisau itu. Tak kehabisan akal, Suparlan menggunakan sisa tenaganya untuk melompat ke kerumunan Fretilin.

Sebelum melompat, Suparlan menyiapkan dua granat yang pinnya telah dicabut. Dia pun mengumandangkan takbir dengan berteriak, "Allahu akbar!" saat melompat. Pasukan musuh pun gugur bersama prajurit pemberani tersebut.

Dalam peristiwa ini, tujuh prajurit Kopashanda gugur, termasuk Suparlan yang jasadnya ditemukan tak utuh. Sedangkan 83 pasukan Fretilin tercatat tewas. Pemerintah kemudian menganugerahkan penghargaan Bintang Sakti kepada Suparlan melalui Keppres Nomor 20/TK/TH.1987.

4. RA Fadillah

RA Fadillah saat sekolah P3AD. (Foto: Istimewa)
RA Fadillah saat sekolah P3AD. (Foto: Istimewa)

RA Fadillah menjadi prajurit Kopassus yang turut dikenal berkat aksi heroiknya saat bertempur. Namanya pun diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Cijantung, Jakarta Timur.

Dia merupakan salah satu kapten Kopassus yang gugur saat penumpasan Gerakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Riau pada 1958. Dia memimpin Kompi B yang mendarat di Bengkalis untuk menguasai pertahanan musuh di Lubuk Jambi, Riau, sekaligus mengamankan ladang minyak yang tersebar di Pekanbaru. 

Resimen ini harus menghadapi tantangan berat dengan melintasi sungai lebar dan hutan rawa ketika diguyur hujan. Rencana penyergapan yang awalnya direncanakan pukul 09.00 WIB urung terlaksana karena pasukan baru tiba pukul 12.00 WIB.

Ketika sampai, Desa Cangar yang menjadi markas musuh telah dikosongkan. Kelompok RA Fadillah tiba-tiba bertemu dengan pasukan musuh yang berjumlah banyak. Pasukan kemudian dihujani peluru selama tiga menit tanpa henti. 

Angkatan Udara mengirimkan pesawat B-25 untuk memberikan bantuan tembakan udara, namun pilotnya terkena tembakan sehingga pesawat harus kembali ke pangkalan di Tanjung Pinang. Pasukan pemberontak akhirnya bisa dipukul mundur, hanya saja RA Fadillah bersama satu prajurit Kopassus lainnya tertembak dan gugur pada 2 April 1958.

Editor: Rizky Agustian

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut