Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Sosok Rahmah El Yunusiyah, Pahlawan Nasional yang juga Guru Rasuna Said
Advertisement . Scroll to see content

4 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November Beserta Biografinya Singkat

Sabtu, 05 November 2022 - 17:55:00 WIB
4 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November Beserta Biografinya Singkat
Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November (Dok. Freepik)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Kemerdekaan Indonesia tidak serta merta didapatkan begitu saja. Ada banyak perjuangan yang dilakukan untuk mempertahankannya, salah satunya pertempuran 10 November.

Pertempuran tersebut terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Dalam pertempuran bersejarah itu, banyak tokoh pejuang yang gugur demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah. 

Tokoh Pertempuran Surabaya

  • 1. Sutomo

Sutomo atau yang lebih dikenal dengan Bung Tomo adalah salah satu tokoh penting di balik peristiwa 10 November. Bung Tomo terkenal lantaran perannya dalam membangkitkan semangat rakyat Indonesia melawan Belanda.

Bung Tomo menyerukan semangatnya melalui siaran-siaran radio yang penuh dengan emosi. Diketahui, Bung Tomo pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, pegawai kecil di perusahaan ekspor impor Belanda, polisi di kota Praja distributor untuk perusahaan mesin jahit Singer, hingga jurnalis.

Pada 1950, Bung Tomo sempat terjun ke dunia politik. Namun, pada awal 1970-an, Bung Tomo berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru. Ia berbicara keras terkait program Presiden Soeharto, hingga akhirnya ia ditahan oleh pemerintah lantaran kritik kerasnya.

Bung Tomo meninggal dunia di Makkah pada 7 Oktober 1981. Jenazah Bung Tomo dibawa ke Indonesia dan dimakamkan di TPU Ngagel Surabaya. 

  • 2. Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo

Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo atau Gubernur Soerjo lahir di Magetan, 9 Juli 1898. Ia merupakan anak dari pasangan Raden Mas Wiryosumarto dan Raden Ayu Kustiyah. Soerjo memulai pendidikan di Sekolah Ongko Loro, Magetan.

Pendidikannya ditempuh di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Usai lulus dari HIS, Soerjo menempuh pendidikan di Opleidings School Voor Inlandsche Ambtenaar (OSVIA). Pada 1918, setelah lulus dari OSVIA, Soerjo ditempatkan di Ngawi sebagai pegawai pemerintahan urusan pribumi.

Lalu, pada 1923 ia berkesempatan belajar di Sekolah Polisi di Sukabumi. Tujuh tahun kemudian, ia menimba ilmu di Bestuurs Academie di Batavia selama dua tahun. Beberapa jabatan pernah ia emban, seperti Wedana di Porong, Sidoarjo, Bupati Magetan, hingga Su Cho Khan (Residen) Bojonegoro pada 1943-1945.

Ia menyelesaikan tugas sebagai Residen Bojonegoro sebelum pindah ke Surabaya menjadi gubernur Jawa Timur. Gubernur Soerjo menjabat sebagai gubernur pertama Jawa Timur periode 1945-1948.

Pada Pertempuran Surabaya, Gubernur Soerjo mendeklarasikan bahwa Surabaya harus dipertahankan. Pemerintah pusat di Jakarta telah menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Gubernur Soerjo.

Melalui pidato pada 9 November 1945, Gubernur Soerjo menyerukan kepada warga Surabaya untuk melawan Sekutu guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Seruan tersebut segera dilakukan oleh warga Surabaya yang berjuang pada Pertempuran Surabaya. Pada 10 November 1948, Gubernur Soerjo meninggal dunia.

  • 3. Sungkono

Saat terjadi Pertempuran Surabaya, Mayjen Sungkono menjabat sebagai Komandan BKR (Badan Keamanan Rakyat). Ia bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan. Pada Pertempuran 10 November itu, Mayjen Sungkono menjadi pimpinan pasukan di Kota Surabaya.

Berbekal senjata ala kadarnya, ia gigih melawan pasukan penjajah yang mempunyai senjata serta pengalaman yang mumpuni. Sebelum pertempuran, pada 9 November 1945, Mayjen Sungkono sempat memberi semangat para pejuang melalui pidatonya.

Sungkono lahir di Purbalingga, 1 Januari 1911. Pada 1928, ia lulus dari HIS dan melanjutkan ke MULO. Kemudian, ia meneruskan ke Zenfon Telling. Ia juga memperoleh pendidikan militer dari Sekolah Teknik Perkapalan di Makassar selama dua tahun. Usai Indonesia merdeka, Sungkono bergabung dengan BKR. 

  • 4. Muhammad Mangoendiprodjo

Tokoh pertempuran 10 November yang terakhir adalah Muhammad Mangoendiprodjo. Ia lahir di Sragen, 5 Januari 1905 dan merupakan pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada Pertempuran 10 November, ia berperan sebagai wakil Indonesia dalam kontak biro dengan pasukan Inggris di Surabaya.

Mangoendiprodjo juga sempat mengalami peristiwa dramatis hingga membahayakan nyawanya. Ia memasuki gedung guna menemui pasukan Inggris serta mencegah pasukan Inggris yang menduduki gedung Bank Internatio. Kemudian Mangoendiprodjo disandera.

Sementara, Brigjen Mallaby yang berada di luar gedung ditembak oleh pejuang. Hal inilah yang memicu Pertempuran Surabaya. Beberapa jabatan pernah diemban Mangoendiprodjo, seperti bendahara Badan Keamanan Rakyat (BKR) Keresidenan Surabaya dan anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (BPKNI) Karesidenan Surabaya. Pada 13 Desember 1998, Mangoendiprodjo meninggal dunia di Bandar Lampung.

Demikian tokoh pertempuran Surabaya 10 November. Jangan lupa untuk diingat ya!

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut