Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Prabowo Bertemu Putin di Moskow, Bahas Penguatan Perdagangan RI-Rusia
Advertisement . Scroll to see content

5 Contoh Cerita Pendek Singkat Terbaik, Ada Pendidikan hingga Persahabatan

Minggu, 25 September 2022 - 17:13:00 WIB
5 Contoh Cerita Pendek Singkat Terbaik, Ada Pendidikan hingga Persahabatan
Belajar contoh cerita pendek singkat (freepik)
Advertisement . Scroll to see content

  • Contoh cerpen tentang kehidupan

Menangkap Hantu
oleh Ipal, melansir buku ‘Bahasa Indonesia’ terbitan Esis

Azan magrib berkumandang dari arah kampung. Langit senja berwarna merah dan kuning. Daerah rawa di dekat kampung itu sudah gelap dan sunyi. Itu karena pohon-pohon rumbia tumbuh cukup lebat di situ.

"Kin, Nu, sudah gelap, ayo pulang," Badi mengingatkan kedua temannya. "Ah, sebentar lagi, tanggung," balas Kikin sambil memegang jaringnya.

Sementara Rinu agak ke tengah rawa sibuk menyerok ikan dengan jaring. Badi mendapat tugas memegang keranjang hasil tangkapan. Ikan-ikan di dalam keranjang rotan melompat-lompat. Hari itu tangkapan mereka banyak sekali.

Angin senja bertiup pelan. Daun-daun rumbia berbunyi saling bergesekan. Terdengar suara serangga hutan rumbia. Badi mulai gelisah. Keringat dingin membasahi keningnya. Padahal, udara sekitar sudah mulai dingin. Dia teringat cerita Nenek Bibah bahwa di hutan rumbia ini banyak "penunggunya".

Badi jadi menyesal mengikuti ajakan Kikin dan Rinu pulang sekolah tadi. Menangkap ikan di rawa hutan rumbia ini. Badi ingat, waktu ia menolak ajakan itu, Kikin berkata, "Ah, itu kan hanya cerita Nenek Bibah. Nenek Bibah memang suka bercerita yang seram-seram."

Tiba-tiba, ada benda dingin menempel di kaki Badi. Ia gelagapan. Terdengar suara tawa Kikin dan Rinu. Ternyata mereka melemparkan lumut ke kaki Badi. "Haha, lagi melamun hantu, ya?" ledek Rinu. Badi tersenyum kecut.

"Yuk, pulang. Ternyata di sini banyak sekali ikannya. Besok-besok kita ke sini lagi," ajak Kikin sambil mengemasi perlengkapan mereka. Badi tidak bersuara. Dia ingin cepat cepat pulang. Dia tidak suka mendengar bunyi gesekan daun-daun rumbia itu. Seperti bunyi orang bertepuk tangan! Sebelum pulang, Kikin mengajak mereka ke pancuran dulu untuk membersihkan kaki dari lumpur.

"Kita langsung pulang saja," kata Badi pucat. Dia teringat cerita Nenek Bibah, kalau di pancuran itu pernah ada orang berjubah putih.

"Kenapa?" tanya Kikin. "Kita kan kotor sekali, belepotan lumpur." "Nekek Bibah bilang ada orang berjubah putih di pancuran ini," ujar Badi setengah berbisik.

"Mudah-mudahan sekarang tidak ada," balas Rinu tersenyum mengejek. Kemudian, dia mencuci muka, tangan, kaki, serta jaring dari kotoran lumpur. "Brrr, airnya dingin sekali!" seru Kikin yang juga mencuci kakinya. Namun, Badi tidak melakukan apa-apa. Matanya bergerak kian kemari. Mengawasi sekeliling pancuran yang ditumbuhi rumpun bambu, pohon-pohon liar, dan semak-semak.

Ketika mereka hendak meninggalkan pancuran, Badi nyaris menjerit. Ia melihat sosok putih di atas sebuah batu besar. Entah sejak kapan dia ada di situ. "Kin, Nu, kalian melihat sosok itu?" tanya Badi dengan suara bergetar.

"Ya, aku melihatnya," balas Kikin parau. "Aku juga," jawab Rinu pelan. Mereka berjalan setengah berlari meninggalkan pancuran itu.

Esoknya, si senja hari, Badi bersiap pergi ke surau untuk mengaji. Di perjalanan, dia bertemu Kikin dan Rinu. Sepertinya, mereka juga akan berangkat ke surau. Namun, ada gulungan jala di tangan Kikin. "Ayo, ikut kami ke pancuran," ajak Rinu. Badi mendadak merinding teringat sosok putih kemarin.

"Kita akan menangkap hantu pancuran kemarin itu," jelas Rinu tenang. Dia menunjuk jala di tangan Kikin.

"Tapi kita akan terlambat mengaji lagi. Ustaz Hamid akan menegur kita lagi," tolak Badi halus. Kemarin, gara-gara telat datang, mereka kena marah. "Tidak apa-apa. Paling penting kita harus membuktikan bahwa hantu itu tidak ada,"

jelas Rinu menyakinkan Badi. "Ayo, jangan jadi penakut," kata Kikin. Akhirnya, Badi mau juga bergabung dengan Kikin dan Rinu.

Sesampainya di pancuran, hari sudah hampir gelap. Dari tempat mereka bersembunyi di balik semak-semak, tampak jelas sosok putih di atas batu. Badi mulai menggigil ketakutan. Udara dingin membuat ia tambah gemetar.

"Kita dekati dia," bisik Kikin. Rinu siap dengan jala di tangannya. Badi hanya terdiam dengan bibir bergetar. Sosok putih itu tampak mulai bergerak naik.

"Seraaaaang Rinu dan Kikin menyergap sosok putih itu dengan jala. Terjadi keributan kecil ketika sosok itu berteriak-teriak kaget.

"Hei, lepaskan aku! Apa-apaan ini! Kalian berdosa mengganggu nenek-nenek!" ujar sosok itu mencak-mencak. Badi merasa kenal suara itu. Nenek Bibah dengan sarung kotak kotak putihnya! "Awas, kuadukan kalian pada Ustaz Hamid."

"Maaf, Nek, kami kira Nenek hantu berjubah putih di pancuran ini. Kami ingin membuktikannya," jawab Badi. "Hantu berjubah putih?! Tidak ada hantu di sini. Setiap sore aku memang mandi di sini. Tapi, karena udara dingin, aku menutup tubuhku dengan sarung putih ini," jawab Nenek Bibah mulai tenang. 

"Lantas, bagaimana dengan cerita hantu pancuran itu?" tanya Kikin."Itu hanya ceritaku. Supaya kalian pergi mengaji di surau dan tidak keluyuran ke mana-mana!"

"Maafkan kami, Nek. Kami tidak bermaksud mengganggu Nenek," ucap Badi tulus. 

"Iya, sudah, sudah! Aku mau cuci kaki lagi! Kalian menginjak kakiku!"

Dalam perjalanan ke surau, ketiga anak itu tertawa terpingkal-pingkal. Mereka senang berhasil memecahkan rahasia cerita hantu pancuran itu. Namun, yang paling penting, mereka berhasil mengatasi rasa ketakutan mereka sendiri. Mereka juga berjanji tidak akan keluyuran lagi di sore hari.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut