Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Prabowo Bertemu Putin di Moskow, Bahas Penguatan Perdagangan RI-Rusia
Advertisement . Scroll to see content

5 Contoh Cerita Pendek Singkat Terbaik, Ada Pendidikan hingga Persahabatan

Minggu, 25 September 2022 - 17:13:00 WIB
5 Contoh Cerita Pendek Singkat Terbaik, Ada Pendidikan hingga Persahabatan
Belajar contoh cerita pendek singkat (freepik)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Contoh cerita pendek singkat bisa kamu pelajari di sini. Apalagi, materi ini cerita pendek atau cerpen menjadi salah satu karya sastra yang dipelajari dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Cerpen merupakan bentuk karya yang paling banyak dibaca dan dicari oleh anak anak karna dalam penyajiannya yang sangat unik dan beragam. Pada umumnya cerpen yang biasa kita temui menceritakan tentang permasalahan yang hanya melibatkan 1 tokoh saja.

5 Contoh Cerita Pendek Singkat dan Menarik

  • -Contoh cerpen singkat persahabatan

Wanita Berwajah Penyok
Karya Ratih Kumala

Seperti apakah rasanya hidup menjadi orang yang tak dimaui? Tanyakan pertanyaan ini padanya. Jika dia bisa berkata-kata, maka yakinlah dia akan melancarkan jawabnya. Konon dia lahir tanpa diminta. Korban gagal gugur kandungan dari seorang perempuan. Hasil sebuah hubungan gelap yang dilaknat warga dan Tuhan.

Perempuan yang saat ini disebut "ibunya" bukanlah ibu yang sebenarnya. Dia hanya inang yang berkasihan lalu bergantian menyusui lapar mulut dua orang bayi; bayi berwajah penyok yang dibuang orang di pinggir kampung. Suatu hari yang biasa; siang terang dan wanita berwajah penyok tengah keliling kampung sendiri saat anak-anak kecil sepulang sekolah itu mulai mengekori dan menyambut punggungnya di belakang.

Maka, wanita berwajah penyok mengambil sebongkah batu. Tangannya yang dekil melemparkan batu itu ke arah anak-anak. Seorang anak bengal berkepala peyang terkena timpukannya. Membuat jidatnya terluka. Darah segar mengucur dari situ, mengubah seragam putihnya menjadi merah. Dia pulang ke rumah mengadu kepada ibunya, sementara anak-anak lain menjadi takut dan bubar satu-satu.

Dengan terpaksa, keluarga wanita berwajah penyok akhirnya memutuskan untuk memasung dirinya pada sebuah ruangan kecil yang tak bisa disebut manusiawi dekat tanah pekuburan. Sejak itu wanita berwajah penyok tinggal di dalamnya. Bulan berganti tahun, tanpa tahu itu malam atau siang.

Seperti apakah rasanya hidup dalam sepi? Tanyakan pertanyaan ini kepadanya. Maka, yakinlah jika dia bisa berkata-kata, dia akan melancarkan jawabannya. Tak ada yang benar benar tahu apa yang dia kerjakan di dalam sana walau kadang terdengar suaranya berteriak untuk berontak. Ini hanya menambah ngeri tanah pekuburan. 

Orang-orang mengira itu suara kuntilanak jejadian penghuni kuburan. Tak pernah ada orang yang benar-benar mendekat. Wanita berwajah penyok telah lupa bahasa tanpa ia pernah benar-benar menguasainya. 

Andaikata suatu saat dia bisa terbebas dari pasungnya, orang akan bertanya bagaimana ia bisa bertahan hidup? Sebab ia telah menjadi sendiri.

Pada malam yang biasanya kelam nan pekat, kini wanita berwajah penyok bisa mendapat segaris cahaya dari celah lubang tadi. Kepalanya didongakkan ke atas, dia bisa melihat rembulan. Bertahun dia tidak melihat rembulan hingga ia lupa bahwa yang dilihatnya adalah rembulan.

Untuk pertama kalinya dalam periode tahunan pasungnya, ia merasa bahwa dirinya punya teman. Dia mulai berkenalan. Dengan bahasa yang hanya ia mengerti, ia bercakap-cakap dengan bulan. Dia selalu menunggu teman barunya untuk berkunjung dan bercakap-cakap dengannya setiap malam.

Namun, semakin hari bentuk wajah rembulan semakin sempit dan cekung. Mengecil dan terus mengecil hingga hanya menjadi sabit. Air muka rembulan juga semakin pasi.

Semakin hari sabit rembulan jadi kembali membulat walaupun wajahnya masih pasi. Saat bulan bulat penuh, wanita berwajah penyok girang sekali sebab ini berarti dirinya berhasil menghibur teman baiknya. Tapi suatu hari rembulan kembali menyabit dan seperti yang sudah-sudah, wanita berwajah penyok tak pernah bosan menghiburnya dengan bahasanya sendiri hingga rembulan bulat penuh. Terus seperti itu.

Hingga suatu malam, sehari setelah bulan benar-benar sabit, rembulan tidak datang mengunjunginya. Ia sedih sekali dan mengira rembulan tak mau menemuinya. Malam itu hujan turun deras. Wanita berwajah penyok berpikir bahwa rembulan sedang menangis. Maka dia ikut menangis pula, kesedihan mendalam sahabatnya, dan sekali lagi, dengan bahasa yang hanya bisa dia mengerti, dirinya berusaha membujuk bulan dan menghiburnya.

Dia tak pernah bosan. Tetapi, langit tetap hujan, rembulan terus menangis. Tetesan air masuk dari celah atap ruang pasung yang menjadi bocor. Menimpa kepala wanita berwajah penyok dan membuat dirinya kebasahan.

Lelah, wanita berwajah penyok tertidur. Ia menggigil hebat tanpa ada orang yang tahu keadaannya. Paginya ia terbangun oleh segaris sinar yang masuk dari celah atap. Sinar kecil itu jatuh ke kubangan air yang menggenang. Dirasakannya tubuhnya demam. Tetapi, begitu dia terbangun yang diingatnya hanyalah rembulan.

Siang telah menjelang, ini berarti rembulan telah pulang ke rumahnya setelah semalam bersembunyi di balik awan sambil menangis. Ia menyesal tak bisa melihat wajah rembulan malam tadi.

Didekatinya genangan air tadi. Genangan yang tak jernih. Ia berwarna coklat karena bercampur debu. Sebuah bayangan ada di sana. la tersenyum dan menemukan wajah rembulan di sana. Lalu dia tertidur tanpa merasa perlu bangun lagi sebab bersama sahabat di dekatnya.

  • Contoh cerpen tentang kehidupan

Menangkap Hantu
oleh Ipal, melansir buku ‘Bahasa Indonesia’ terbitan Esis

Azan magrib berkumandang dari arah kampung. Langit senja berwarna merah dan kuning. Daerah rawa di dekat kampung itu sudah gelap dan sunyi. Itu karena pohon-pohon rumbia tumbuh cukup lebat di situ.

"Kin, Nu, sudah gelap, ayo pulang," Badi mengingatkan kedua temannya. "Ah, sebentar lagi, tanggung," balas Kikin sambil memegang jaringnya.

Sementara Rinu agak ke tengah rawa sibuk menyerok ikan dengan jaring. Badi mendapat tugas memegang keranjang hasil tangkapan. Ikan-ikan di dalam keranjang rotan melompat-lompat. Hari itu tangkapan mereka banyak sekali.

Angin senja bertiup pelan. Daun-daun rumbia berbunyi saling bergesekan. Terdengar suara serangga hutan rumbia. Badi mulai gelisah. Keringat dingin membasahi keningnya. Padahal, udara sekitar sudah mulai dingin. Dia teringat cerita Nenek Bibah bahwa di hutan rumbia ini banyak "penunggunya".

Badi jadi menyesal mengikuti ajakan Kikin dan Rinu pulang sekolah tadi. Menangkap ikan di rawa hutan rumbia ini. Badi ingat, waktu ia menolak ajakan itu, Kikin berkata, "Ah, itu kan hanya cerita Nenek Bibah. Nenek Bibah memang suka bercerita yang seram-seram."

Tiba-tiba, ada benda dingin menempel di kaki Badi. Ia gelagapan. Terdengar suara tawa Kikin dan Rinu. Ternyata mereka melemparkan lumut ke kaki Badi. "Haha, lagi melamun hantu, ya?" ledek Rinu. Badi tersenyum kecut.

"Yuk, pulang. Ternyata di sini banyak sekali ikannya. Besok-besok kita ke sini lagi," ajak Kikin sambil mengemasi perlengkapan mereka. Badi tidak bersuara. Dia ingin cepat cepat pulang. Dia tidak suka mendengar bunyi gesekan daun-daun rumbia itu. Seperti bunyi orang bertepuk tangan! Sebelum pulang, Kikin mengajak mereka ke pancuran dulu untuk membersihkan kaki dari lumpur.

"Kita langsung pulang saja," kata Badi pucat. Dia teringat cerita Nenek Bibah, kalau di pancuran itu pernah ada orang berjubah putih.

"Kenapa?" tanya Kikin. "Kita kan kotor sekali, belepotan lumpur." "Nekek Bibah bilang ada orang berjubah putih di pancuran ini," ujar Badi setengah berbisik.

"Mudah-mudahan sekarang tidak ada," balas Rinu tersenyum mengejek. Kemudian, dia mencuci muka, tangan, kaki, serta jaring dari kotoran lumpur. "Brrr, airnya dingin sekali!" seru Kikin yang juga mencuci kakinya. Namun, Badi tidak melakukan apa-apa. Matanya bergerak kian kemari. Mengawasi sekeliling pancuran yang ditumbuhi rumpun bambu, pohon-pohon liar, dan semak-semak.

Ketika mereka hendak meninggalkan pancuran, Badi nyaris menjerit. Ia melihat sosok putih di atas sebuah batu besar. Entah sejak kapan dia ada di situ. "Kin, Nu, kalian melihat sosok itu?" tanya Badi dengan suara bergetar.

"Ya, aku melihatnya," balas Kikin parau. "Aku juga," jawab Rinu pelan. Mereka berjalan setengah berlari meninggalkan pancuran itu.

Esoknya, si senja hari, Badi bersiap pergi ke surau untuk mengaji. Di perjalanan, dia bertemu Kikin dan Rinu. Sepertinya, mereka juga akan berangkat ke surau. Namun, ada gulungan jala di tangan Kikin. "Ayo, ikut kami ke pancuran," ajak Rinu. Badi mendadak merinding teringat sosok putih kemarin.

"Kita akan menangkap hantu pancuran kemarin itu," jelas Rinu tenang. Dia menunjuk jala di tangan Kikin.

"Tapi kita akan terlambat mengaji lagi. Ustaz Hamid akan menegur kita lagi," tolak Badi halus. Kemarin, gara-gara telat datang, mereka kena marah. "Tidak apa-apa. Paling penting kita harus membuktikan bahwa hantu itu tidak ada,"

jelas Rinu menyakinkan Badi. "Ayo, jangan jadi penakut," kata Kikin. Akhirnya, Badi mau juga bergabung dengan Kikin dan Rinu.

Sesampainya di pancuran, hari sudah hampir gelap. Dari tempat mereka bersembunyi di balik semak-semak, tampak jelas sosok putih di atas batu. Badi mulai menggigil ketakutan. Udara dingin membuat ia tambah gemetar.

"Kita dekati dia," bisik Kikin. Rinu siap dengan jala di tangannya. Badi hanya terdiam dengan bibir bergetar. Sosok putih itu tampak mulai bergerak naik.

"Seraaaaang Rinu dan Kikin menyergap sosok putih itu dengan jala. Terjadi keributan kecil ketika sosok itu berteriak-teriak kaget.

"Hei, lepaskan aku! Apa-apaan ini! Kalian berdosa mengganggu nenek-nenek!" ujar sosok itu mencak-mencak. Badi merasa kenal suara itu. Nenek Bibah dengan sarung kotak kotak putihnya! "Awas, kuadukan kalian pada Ustaz Hamid."

"Maaf, Nek, kami kira Nenek hantu berjubah putih di pancuran ini. Kami ingin membuktikannya," jawab Badi. "Hantu berjubah putih?! Tidak ada hantu di sini. Setiap sore aku memang mandi di sini. Tapi, karena udara dingin, aku menutup tubuhku dengan sarung putih ini," jawab Nenek Bibah mulai tenang. 

"Lantas, bagaimana dengan cerita hantu pancuran itu?" tanya Kikin."Itu hanya ceritaku. Supaya kalian pergi mengaji di surau dan tidak keluyuran ke mana-mana!"

"Maafkan kami, Nek. Kami tidak bermaksud mengganggu Nenek," ucap Badi tulus. 

"Iya, sudah, sudah! Aku mau cuci kaki lagi! Kalian menginjak kakiku!"

Dalam perjalanan ke surau, ketiga anak itu tertawa terpingkal-pingkal. Mereka senang berhasil memecahkan rahasia cerita hantu pancuran itu. Namun, yang paling penting, mereka berhasil mengatasi rasa ketakutan mereka sendiri. Mereka juga berjanji tidak akan keluyuran lagi di sore hari.

  • -Contoh cerita pendek singkat ketiga

Dikutip dari buku ‘CMS Cara Menguasai Soal Bahasa Indonesia SMA dan MA Latihan soal pembahasan HOSTS’ terbitan Bumi Aksara:
 
Bandung Bondowoso

Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan raja pengging. Prabu baka meninggal di medan perang.

Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan oleh bantuan Bondowoso yang terkenal sebagai Bandung Bondowoso. Dia memiliki senjata sakti yang bernama Bandung. Akhirnya, Bandung Bondowoso menempati prambanan. Dia terpesona oleh kecantikan Roro Jonggrang, putri bekas lawannya.

Bandung Bondowoso ingin memperistri Roro Jonggrang, namun Roro jonggrang takut menolak pinangan itu. Dia tidak begitu saja menerimanya. Dia mau menikah asal Bandung Bondowoso memenuhi syarat-syaratnya. Syaratnya ialah membuat seribu candi dan sumur yang sangat dalam dengan waktu semalam.

Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri yang mempunyai roh-roh halus. Bandung bondowoso beserta pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu.

Mengherankan cara dan kecepatan kerja mereka. Sesudah pukul empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu, sumurnya pun hampir selesai. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis di bangunkannya dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang harum menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang.

  • -Contoh cerita pendek singkat keempat

Melansir buku ‘Super Complete SMP/MTs 7,8,9’ terbitan Sahabat Pelajar Cerdas,

Pertarungan di Pagi Buta

Kala itu mentari belum bangun dari peraduannya, ayam-ayam jago pun belum melakukan tugasnya. Namun, Pak Raden telah keluar dari rumahnya. Kulitnya yang keriput dan tipis seolah-olah tidak mempan oleh hembusan angin yang sedari tadi berusaha untuk membekukannya. 

Tangannya yang kekar memikul sebuah pacul di tangan kanannya sedangkan di tangan kirinya memegang sebuah bingkisan besar. Pada saat Pak Raden melangkahkan kakinya menuju sawahnya, langkahnya terhenti oleh tangisan anak bayi yang memecah keheningan
pagi itu. 

Dengan sangat ketakutan Pak Raden mencari sumber datangnya suara itu. Betapa terkejutnya Pak Raden melihat seorang bayi yang mungil tergeletak di bawah pohon beringin besar itu. "Bayi siapa ini? Haruskah aku membawanya?" Pak Raden bimbang.

Ketika dia ingin mengangkat bayi itu, tiba-tiba seekor harimau yang cukup besar menyerangnya, tetapi dengan sigap Pak Raden mengelak terkaman harimau itu. 

Ternyata suara tangis bayi itu, turut memancing seekor harimau. Tampaknya harimau tersebut sedang kelaparan dia memandangi bayi yang tergeletak tersebut dengan tatapan yang mengerikan.

Melihat harimau tersebut pak Raden menggunakan cangkulnya untuk menjauhkan harimau itu. Tetapi harimau itu melawan, dia berbalik dan menyerang Pak Raden. 

Terkaman harimau itu berhasil melukai Pak Raden. Dia jatuh di tanah dan terdesak, saat harimau tersebut hendak menerkamnya kembali, Pak Raden mengambil cangkul yang berada di sampingnya dan mengarahkan kepada harimau itu. Lalu tembuslah cangkul itu di perut harimau, kemudian harimau itu pun mati.

Setelah berhasil membunuh harimau itu, Pak Raden mengangkat bayi itu dan membawanya pulang bersamanya untuk diurus dan diangkat menjadi anaknya.

  • -Cerpen persahabatan

Sahabat Jadi Cinta

Saat ini aku kelas 1 SMA, setiap hari aku menghabiskan waktu bersama dengan ketiga sahabatku yaitu Fariz, Irsyad dan Lala. Kita berempat sudah bersahabat dari kecil. Pada suatu hari kami berempat membuat sebuah janji persahabatan yang ditulis dan kemudian dimasukan ke dalam botol.
 
Perjanjian tersebut dikubur di bawah pohon dan akan dibuka saat kami semua menerima hasil ujian kelulusan. Waktu yang kita tunggu pun tiba.

Hari ini adalah hari kita berempat menerima hasil ujian. Bersyukurnya, kami dinyatakan lulus. Kami berempat pun serentak menuju pohon yang menjadi tempat untuk mengubur botol. Kamu semua menggali hingga menemukan botol tersebut.

Saat botol sudah ditemukan, kami semua bergegas membaca tulisan yang dulu sempat kami tulis. Di dalam kertas tersebut berisikan tulisan 

"Kami berjanji akan selalu bersama untuk selamanya"

Keesokan harinya, Fariz pun merayakan pesta kelulusan kami berempat. Pada malam itu Fariz menyatakan perasaannya kepadaku. Akhirnya aku dan Fariz berpacaran. Begitu juga dengan Irsyad berpacaran dengan Lala. Malam itu sangat istimewa, namun kami semua harus bergegas pulang. 

Semoga contoh cerita pendek singkat di atas bisa menjadi referensi dalam belajar kamu ya!

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut