5 Tradisi Bulan Syawal di Indonesia, Ada Lebaran Bareng Monyet dan Sembelih Sapi Bersama
JAKARTA, iNews.id- Tradisi bulan Syawal di Indonesia cukup beragam. Indonesia diketahui memiliki kekayaan budaya di setiap daerahnya.
Apalagi memasuki bulan Syawal, sudah tentu banyak tradisi dalam menyambut bulan Istimewa.
Di Kabupaten Jember dan sekitarnya, warga desa merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan mengikuti tradisi "tompokan". Tradisi ini melibatkan pembelian sapi secara patungan atau iuran untuk menghormati tamu yang berlebaran.
Biasanya, satu tompokan diikuti oleh 30-50 orang yang membayar sejumlah uang, yaitu Rp200 ribu atau Rp100 ribu, tergantung pada harga sapi yang berubah-ubah.
Uang yang terkumpul dari para anggota tompokan digunakan untuk membeli sapi yang akan disembelih bersama-sama.
Sekura Cakak Buah adalah sebuah tradisi yang berasal dari Lampung, Indonesia. Tradisi ini biasanya dilakukan pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri atau disebut juga dengan Lebaran.
Sekura Cakak Buah merupakan sebuah perlombaan yang melibatkan dua kelompok yang masing-masing terdiri dari beberapa orang. Kelompok tersebut akan saling melempar buah-buahan, seperti jeruk, kelapa, atau pepaya yang sudah dibungkus dengan kain.
Tujuan dari perlombaan ini adalah untuk saling mengalahkan kelompok lawan dengan melemparkan buah-buahan ke arah mereka. Kelompok yang berhasil mempertahankan posisi dan tidak terkena buah yang dilemparkan oleh kelompok lawan, akan menjadi pemenang dari perlombaan ini.
Perlombaan Sekura Cakak Buah ini biasanya dilakukan di area terbuka, seperti di lapangan atau halaman rumah yang luas. Selain sebagai ajang untuk bersenang-senang, tradisi ini juga dipercaya dapat membantu mempererat tali persaudaraan antara sesama warga Lampung.
Acara Ritual Sesaji Rewanda dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas berkah yang diberikan Allah SWT dan sebagai penghormatan terhadap perjuangan Sunan Kalijaga dalam membangun Masjid Demak. Tradisi ini biasanya diadakan pada hari ketiga setelah Idul Fitri di Indonesia.
Warga akan membawa gunungan yang berisi sego kethek, buah-buahan, hasil bumi, lepet, dan ketupat dari kampung Kandri ke Goa Kreo. Selain itu, replika kayu jati tiang Masjid Demak juga akan diarak dalam acara ini. Acara ini akan dimeriahkan oleh ratusan penari dan pemusik tradisional.
Gunungan hasil bumi akan diberikan kepada kera ekor panjang yang tinggal di Goa Kreo, sementara sisa-sisa akan dibagikan kepada peserta upacara. Hal ini menjadi daya tarik utama dari acara ini.
Tradisi Grebeg Syawal merupakan acara puncak perayaan Idul Fitri di Indonesia. Acara ini diadakan sebagai wujud rasa syukur atas rezeki dari Allah SWT dan kebahagiaan umat Muslim setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh di Ramadan.
Pada acara tersebut, ratusan abdi dalem Keraton Kasunan Surakarta akan membawa dua gunungan menuju Masjid Agung Surakarta. Gunungan tersebut kemudian akan didoakan oleh para sesepuh kraton sebelum diperebutkan oleh para warga. Tradisi Grebeg Syawal di Solo diadakan pada hari kedua setelah Idul Fitri.