6 Tokoh Bandung Lautan Api, dari AH Nasution hingga Ismail Marzuki
JAKARTA, iNews.id - Terdapat sejumlah tokoh yang terlibat peristiwa Bandung Lautan Api. Pada tanggal 23 Maret 1946, terjadi peristiwa yang dikenal sebagai Bandung Lautan Api di kota Bandung.
Peristiwa ini menjadi saksi perjuangan rakyat Indonesia melawan Sekutu. Seperti namanya, Bandung Lautan Api adalah kebakaran besar yang melanda kota Bandung.
Masyarakat Bandung melakukan pembakaran tersebut dengan tujuan mencegah tentara NICA Belanda dan Sekutu menggunakan kota tersebut sebagai markas militer strategis.
Tragedi Bandung Lautan Api dimulai dengan kedatangan pasukan Inggris ke Bandung. Kemudian, tentara Sekutu memasuki wilayah Bandung pada Oktober 1945. Pada saat itu, pemuda Bandung sibuk merebut senjata pasukan Jepang.
Pasukan yang berafiliasi dengan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Bandung.
Isi ultimatum tersebut meminta agar Bandung dikosongkan dan senjata yang diambil dari pasukan Jepang diserahkan.
Namun, baik warga maupun pasukan bersenjata menolak untuk mematuhi perintah dalam ultimatum tersebut.
Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 warga Bandung secara kolektif membakar rumah dan harta benda mereka. Setelah itu, mereka mengungsi ke daerah selatan Bandung.
Masyarakat Bandung saat itu membakar gedung-gedung penting, meledakkan bangunan-bangunan besar, termasuk gudang mesiu yang diledakkan oleh Mohammad Toha, dan merusak instalasi militer.
Kolonel Abdul Haris Nasution, yang juga dikenal sebagai AH Nasution, adalah Komandan Divisi III Tentara Republik Indonesia (TRI) yang memerintahkan evakuasi masyarakat Bandung sebagai respons terhadap serangan Sekutu.
Selain itu, AH Nasution juga memainkan peran penting dalam mengumumkan hasil musyawarah dari Majelis Persatuan Priangan dan membantu membawa masyarakat dan tentara menuju arah selatan.
Mohammad Toha, tokoh yang signifikan dalam peristiwa Bandung Lautan Api, terlibat dalam usaha meledakkan gudang mesiu dengan tujuan menghancurkan Bandung. Namun, dalam menjalankan tugas tersebut, ia ikut gugur akibat ledakan yang terjadi.
Pada saat itu, diketahui bahwa Belanda menyimpan gudang senjata dengan 18.000 ton bahan peledak dan ribuan senjata lainnya. Meskipun sudah dilarang oleh atasannya, Mohammad Toha tetap melaksanakan aksi pembakaran yang berhasil, namun nyawanya harus dikorbankan.
Sutan Sjahrir, yang pada saat peristiwa Bandung Lautan Api menjabat sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia, juga merupakan tokoh penting dalam peristiwa tersebut.
Bersama dengan AH Nasution, Sutan Sjahrir merencanakan pembumihangusan Kota Bandung sebagai respons terhadap ultimatum yang diberikan oleh Inggris kepada masyarakat Bandung.
Atje Bastaman, seorang wartawan muda, juga memiliki peran penting dalam peristiwa Bandung Lautan Api. Ia menjadi saksi langsung proses pembakaran Bandung yang ia saksikan dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut.
Kejadian itu kemudian ia tuliskan dalam edisi 26 Maret 1946 dari harian Suara Merdeka, yang membuat istilah "Bandung Lautan Api" terkenal.