Andai Prabowo dan Jokowi Berkoalisi
Inilah risiko politik yang harus ditanggung karena Prabowo merupakan simbol gerakan Ganti Presiden 2019. Prabowo juga simbol oposisi yang diharapkan mampu memberikan perlawanan sebanding ke Jokowi. Bukan malah melebur menjadi bagian kubu yang dilawan. Loyalis Prabowo berpikir simpel, yakni butuh figur kredibel yang bisa dikapitalisasi menyalurkan hasrat perlawanan. Tekanan politiknya berbeda jika yang merapat PAN dan Demokrat. Sebab, dua parpol ini sejak awal tak terlampau agresif melawan Jokowi.
Tentu saja Prabowo terjebak dalam dilema serius. Memilih jalan oposisi untuk memuaskan selera politik pendukungnya atau putar haluan ekstrem memilih berkoalisi dengan alasan normatif membangun bangsa bersama. Satu alasan yang sebenarnya ngambang tidak logis karena sejatinya koalisi pasti berbasis power sharing . Pekerjaan rumah tak mudah yang harus segera dibenahi Prabowo menuju jalan kontestasi politik lanjutan yang sangat berliku dan mendaki.
Atau mungkin saja Prabowo meninggalkan pengikutnya yang masih galau tetap menolak berbaikan dengan Jokowi. Toh, Prabowo tetap menjadi veto player yang bisa menghitung risiko politik Gerindra ke depan. Apalagi, kecenderungan politik elektoral saat ini lebih banyak main di tikungan akhir.
Logika publik pendek untuk mengingat peristiwa politik masa lampau. Mereka masih bisa "diolah" sesaat jelang kontestasi dengan cara instan seperti sumbangan logistik, sembako, dan hal konkret lainnya.*
*Artikel ini telah tayang di Koran SINDO
Editor: Zen Teguh