Beda Data BNPB dan Basarnas Jumlah Korban Tewas Ponpes Al Khoziny Ambruk, Ini Penjelasannya

SIDOARJO, iNews.id - Data jumlah korban tewas akibat musala ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur terdapat perbedaan antara Basarnas dan BNPB. Basarnas melaporkan total 67 korban tewas termasuk delapan kantong berisi potongan tubuh atau body part, sedangkan BNPB mencatat 61 jenazah utuh yang telah ditemukan dan dievakuasi.
Kedua instansi menegaskan hal ini terjadi karena perbedaan metode perhitungan antara “jenazah utuh” dan “body part” dalam proses identifikasi korban. Jumlah pastinya nanti akan ditentukan tim DVI yang mengidentifikasi jenazah maupun potongan tubuh.
Direktur Operasi Basarnas Laksamana Pertama Yudhi Bramantyo mengungkapkan, hingga hari ke-9 proses pencarian, tim gabungan berhasil mengevakuasi total 171 korban Ponpes Al Khoziny ambruk dengan 67 di antaranya meninggal dunia dan 104 selamat.
“Hari ke-9, kami berhasil mengumpulkan 67 korban, delapan di antaranya body part. Total 171 orang terevakuasi. Yang meninggal 67, sementara yang selamat 104. Pagi ini kami lanjutkan penyisiran, harapan kami tidak ada lagi korban tersisa,” ujar Bramantyo, Selasa (7/10/2025).
Data Basarnas tersebut mencakup semua kantong jenazah yang berhasil diangkat dari lokasi reruntuhan, termasuk potongan tubuh yang belum teridentifikasi secara utuh oleh tim DVI.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan data berbeda. Deputi III Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Budi Irawan menyebut total korban meninggal yang berhasil ditemukan dalam kondisi utuh berjumlah 61 jenazah.
“Yang ditemukan adalah 61 jenazah dalam bentuk yang utuh,” kata Budi Irawan.
Selain itu, BNPB juga mencatat adanya 7 body part (potongan tubuh) yang masih menunggu proses identifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur.
“Yang tujuh body parts itu masih menunggu identifikasi. Bisa jadi milik korban yang sama, atau bagian dari dua jenazah yang belum ditemukan. Ini masih proses verifikasi,” ucapnya.
Mayjen Budi Irawan menjelaskan perbedaan data antara BNPB dan Basarnas disebabkan oleh perbedaan pendekatan dalam penghitungan korban. Basarnas menghitung berdasarkan jumlah kantong jenazah yang ditemukan di lapangan, sementara BNPB hanya mencatat jenazah dalam kondisi utuh.