Biografi Bung Tomo, Tokoh Pejuang Pertempuran 10 November Beserta Sejarahnya
JAKARTA, iNews.id - Bung Tomo merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia. Bahkan, ia memiliki peran penting dalam dalam pertempuran 19 November 1945 di Surabaya, Jawa Timur. Ini biografi dan sejarahnya.
Bung Tomo memiliki nama asli Sutomo. Tanggal lahir Bung Tomo tercatat pada 3 Oktober 1920 di Surabaya, Jawa Timur. Sebelum dikenal sebagai pejuang, semasa remaja ia aktif sebagai anggota Gerakan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI).
Tak cuma itu, ia juga dipercaya menjadi Ketua Kelompok Sandiwara Pemuda Indonesia Raya di Surabaya. Dalam kesempatan itu, ia kerap mementaskan cerita-cerita perjuangan dari tahun 1939 sampai tentara Jepang datang.
Melansir buku 'Pertempuran 10 November 1945' penulis Bung Tomo (Sutomo) , saat dewasa Bung Tomo menjadi wartawan freelance di harian Soeara Oemoem tahun 1937. Kemudian, ia menjadi wartawan dan penulis di harian berbahasa Jawa Ekpres (1939) dan menjadi redaktur mingguan Pembela Rakyat (1938).
Saat proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, ia bersama wartawan senior Romo Bintarti memberitakan momen tersebut dalam tulisan berbahasa Jawa. Kemudian di tahun 1945, ia menjadi Pemimpin Redaksi Kantor Berita Indonesia Antara di Surabaya.
Sejarah Bung Tomo tercatat saat menjadi Ketua Umum Pimpinan Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) Setiap malam, ia mengucapkan pidato dari Radio Pemberontakan untuk mengobarkan semangat perjuangan.
Kemudian, terjadi perang terbuka di Surabaya akibat sikap pasukan Sekutu yang tidak menghargai kebaikan pemerintah Indonesia. Bahkan, pasukan Sekutu menduduki tempat-tempat strategis, seperti stasiun kereta api, kantor pos hingga radio Simpang.
Melihat hal itu, masyarakat Surabaya menjadi marah karena tingkat Sekutu telah di luar toleransi. Tak cuma itu, Sekutu menyerang penjara Kalisosok dan membebaskan kolonel angkatan laut Belanda. Inggris juga mangacau di Nyamplungan dengan menangkap sejumlah pemuda dan ketua BKR.
Sebagai balasan, pemuda Surabaya meringkus serdadu-serdadu Inggris, menculik prajurit dan melakukan perampasan senjata serta mobil-mobil hingga akhirnya terjadi pertempuran besar di 29 Oktober.
Melihat hal itu, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh Hatta terbang ke Surabaya dan melakukan perundingan damai. Meski begitu, provokasi pasukan Sekutu tidak berkurang hingga insiden tembak-menembak masih sering terjadi dan puncaknya terjadi di tanggal 9 November di mana Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh.
Sekutu pun marah dan memberikan ultimatum kepada masyarakat Surabaya agar menyerahkan dan tunduk kepada Sekutu sampai tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 waktu setempat. Bagi masyarakat Surabaya, ultimatum tersebut tak sedikit pun membuat takut malahan tantangan untuk terus dilawan.
Masyarakat Surabaya pun tanpa rasa takut melawan para Sekutu. Perlawanan tersebut dipimpin oleh Gubernur Suryo, Bung Tomo, Sungkono dan Mustopo. Mereka terus mengobarkan semangat masyarakat Surabaya agar tidak takut melawan hingga akhirnya Sukutu takluk dibuatnya.
Bung Tomo dianugerahi Satya Lencana Kemerdekaan, Bintang Gerilya dan Bintang Veteran Republik Indonesia. Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Berkas Pejuang dan Menteri Sosial Ad Interim (1955-1956).
Tak cuma itu, Bung Tomo juga pernah terpilih menjadi Anggota DPR (1956-1959) dan menjadi Ketua II (Bidang Ideologi Sosial Politik Markas Besar Legiun Veteran.
Bung Tomo berasal dari Surabaya meninggal dunia saat melaksanakan ibadah haji wukuf di Padang Arafah pada 7 Oktober 1981. Ia meninggalkan empat orang anak, yakni Tin Sulistami, Bambang Sulistomo, Sri Sulistami, dan Ratna Sulistami dari pernikahannya dengan Sulistina.
Peran Bung Tomo jangan pernah kita lupakan ya. Semoga sejarah di atas bisa menambah semangat kita dalam menjaga kemerdekaan Indonesia!
Editor: Puti Aini Yasmin