Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bahlil soal Masih Ada yang Tolak Gelar Pahlawan Soeharto: Saya Doakan Mereka Ikhlas
Advertisement . Scroll to see content

Biografi Sunan Ampel, Wali Pendakwah di Tanah Jawa

Kamis, 24 Agustus 2023 - 15:13:00 WIB
Biografi Sunan Ampel, Wali Pendakwah di Tanah Jawa
Biografi Sunan Ampel. (Foto: wikipedia).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Biografi Sunan Ampel yang merupakan salah satu dari 9 Wali Songo menarik untuk diulas. Pasalnya, beliau adalah ulama yang menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa. 

Ditelisik lebih dalam, jejak dakwah Sunan Ampel dimulai dari peninggalan Masjid Agung Demak hingga metode dakwah Moh Limo.

Kontribusinya terhadap perkembangan Islam di Jawa sangat besar. Karena dari tangannya lahir banyak mubaligh Islam kelas wahid di tanah Jawa, seperti dilansir berbagai sumber, Rabu (24/8/2023).

Biografi Sunan Ampel

Sunan Ampel yang lahir di Champa, Vietnam pada tahun 1401 memiliki nama Sayyid Muhammad Ali Rahmatullah ketika masih kecil. Saat beliau memilih pindah ke daerah Jawa Timur, masyarakat sekitar memanggilnya Raden Rahmat.

Sementara, nama Ampel sendiri diidentikkan dengan nama tempat di mana ia bermukim, yaitu daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya.

Sunan Ampel lahir dari keluarga yang terkemuka, ayahnya adalah Syekh Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy dan ibunya adalah Dewi Candrawulan. Selain itu, ia juga memiliki hubungan keluarga dengan istri Bhre Kertabhumi, raja Majapahit, yakni sebagai keponakan Dyah Dwarawati.

Jika dilihat dari naskah-naskah kuno, menyebutkan bahwa Sunan Ampel memiliki kelebihan yang disebut dengan Karomah. Adapun salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Beliau adalah konon kemampuannya yang dapat menghadirkan roh Mbah Soleh yang merupakan salah satu santrinya yang terkenal dengan taat dan rajin.

Selain itu, Sunan Ampel juga diketahui memiliki Karomah bisa berjalan di atas air ketika dalam perjalanan dakwahnya beliau bertemu dengan pertapa di pinggir sungai.

Sunan Ampel memiliki dua orang istri, yakni istri pertama bernama Dewi Condrowati atau Nyai Ageng Manila dan istri kedua bernama Dewi Karimah.

Sunan Ampel dikaruniai 4 orang anak dari pernikahannya dengan Nyai Ageng Manila, yaitu, Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) Syarifah (istri dari Sunan Kudus). 

Sedangkan dari istri kedua yakni Dewi Karimah, Sunan Ampel dikaruniai 6 orang anak, diantaranya Dewi Murtasiyah, Dewi Murtasimah, Raden Husamuddin, Raden Zainal Abidin, Pangeran Tumapel, Raden Faqih.

Perjalanan Dakwah Sunan Ampel

Sunan Ampel melakukan perjalanan ke wilayah Jawa untuk memenuhi misinya menyebarkan Islam karena gejolak politik di Champa sekitar abad ke-15.

Beberapa sumber menjelaskan jika Sunan Ampel awal masuk ke pulau Jawa adalah pada tahun 1443 M bersama dengan Sayid Ali Murtadho yang sejatinya adalah adik dari Sunan Ampel. Sebelum masuk ke Pulau Jawa, Sunan Ampel dengan Sayid Ali Murtadho berada di Palembang sekitar tahun 1440.

Peran Sunan Ampel dalam penyebaran agama Islam sangat penting. Beliau juga mengambil peran untuk membantu permasalah di kerajaan pahit. Ketika kerajaan Majapahit dalam masa suram karena adipati berfoya-foya.

Karena hubungan baiknya dengan Raja Majapahit kala itu, Prabu Brawijaya, Raden Rahmat diberi sebidang tanah di Ampeldenta, Surabaya. Di sanalah basis pertama dakwah Raden Rahmat berdiri. Karena ia menyebarkan Islam di kawasan Ampeldenta, ia dikenal sebagai Sunan Ampel.

Ketika Sunan Ampel berada di wilayah Ampel, langkah pertama yang dilakukan olehnya adalah dengan melakukan pembangunan masjid sebagai pusat ibadah serta berdakwah. Selanjutnya, beliau juga membangun pesantren dengan mengikuti model Maulana Malik Ibrahim di wilayah Gresik. 

Metode dakwah yang ditempuh oleh Sunan Ampel terbilang cukup singkat dan cepat. Hal ini karena Sunan Ampel menggunakan metode dakwah Moh Limo yang memiliki arti tidak melakukan lima hal tercela, yakni tidak berjudi, tidak mabuk, tidak mencuri, tidak menghisap candu dan tidak melakukan zina.

Sunan Ampel wafat pada tahun 1481 Masehi ketika berusia 80 tahun. Meski sudah meninggal, pengaruh dan warisannya masih terasa kuat hingga kini. 

Pesantren Ampel yang ia dirikan masih berdiri tegak dan menjadi pusat pendidikan Islam di Surabaya. Ajaran-ajarannya tentang keagamaan dan nilai-nilai moral masih dipegang teguh oleh banyak orang hingga saat ini.

Editor: Johnny Johan Sompotan

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut