Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kepala BRIN: Pesawat N219 Siap Diproduksi Lebih Banyak Lagi
Advertisement . Scroll to see content

BRIN Sebut Kenaikan Suhu Pengaruhi Peningkatan Polusi Udara di Jakarta

Senin, 11 September 2023 - 12:30:00 WIB
BRIN Sebut Kenaikan Suhu Pengaruhi Peningkatan Polusi Udara di Jakarta
Polusi udara di Jakarta. (Foto: Antara)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan kenaikan suhu mempengaruhi peningkatan PM 2.5 yakni salah satu polutan atau zat polusi udara yang berbahaya bagi kesehatan terutama di wilayah Jakarta. PM 2.5 sangat berbahaya untuk kesehatan.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Laras Toersilowati menganalisis polutan PM 2.5 dan Urban Heat Island (UHI) di Jakarta, dengan menggunakan data satelit Terra-MODIS dan Google Earth Engine.

Laras menjelaskan UHI merupakan sebuah fenomena iklim perkotaan, yang salah satunya dicirikan dengan adanya suhu tinggi di perkotaan dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Namun saat ini, justru lebih banyak daerah pesisir mengalami hal tersebut, dan juga perkotaan yang dekat dengan pesisir.

“UHI membuat ketidaknyamanan bagi masyarakat yang ada di daerah tersebut. Permasalahan ini memang sudah ada dari dulu, akan tetapi saat ini ditambah dengan PM 2.5,” kata Laras dalam keterangannya, dikutip Senin (11/9/2023).

Sementara itu, PM 2.5 merupakan partikel udara yang berukuran sangat kecil, bahkan lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). Peningkatan PM 2.5 dapat mengurangi radiasi matahari yang mencapai daratan, dengan menyebarkan lebih banyak radiasi kembali ke angkasa. 

“Tetapi juga dapat mengurangi fluks gelombang panjang permukaan dan fluks panas laten, yang dapat meningkatkan Land Surface Temperature (LST),” jelasnya.

Dia mengatakan dari hasil penelitiannya yang dilakukan di beberapa daerah Jakarta, pada Juni-Juli-Agustus 2011-2023, menghasilkan sebuah analisis spasial bahwa tahun 2011-2014, persebaran konsentrasi PM 2.5 mengalami penurunan ke arah timur hingga utara Jakarta.

“Pada 2015, terjadi peningkatan konsentrasi PM 2.5 di daerah pusat, dan 2018 peningkatan tersebut cenderung berada di daerah pusat hingga barat Jakarta,” terangnya.

Laras pun memaparkan bahwa hasil analisis statistik LST untuk wilayah Jakarta dari 2011 hingga 2020 mengalami banyak perubahan wilayah dan area. 

“LST dari Januari-Agustus 2023, Januari-April kurang bagus, untuk mengestimasi suhu perlu clear sky. Mulai bagus di bulan Mei-Agustus, di mana PM 2.5-nya itu tertinggi kemarin di bulan Mei, terus turun di Juni, dan pada Agustus kemarin naik lagi,” jelasnya.

“Hal ini disebabkan karena suhu permukaan tinggi memengaruhi sirkulasi udara di suatu wilayah. Pada saat suhu permukaan naik, udara hangat cenderung naik, akan menghasilkan gaya dorong-membantu mengangkat partikel-partikel PM 2.5 ke atmosfer yang lebih tinggi,” tambah Laras.

Lebih lanjut, Laras mengungkapkan Jakarta merupakan salah satu wilayah urban yang polutif di dunia dengan konsentrasi PM 2.5 melebihi ambang batas WHO. Dia dan tim menggunakan data Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) untuk mengukur estimasi LST. 

“MODIS merupakan instrumen yang beroperasi pada satelit Terra. Satelit ini memiliki band sebanyak 36 buah, paling banyak dan populer untuk penelitian suhu permukaan,” pungkasnya. 

Editor: Faieq Hidayat

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut