Cerita Jenderal Kopassus Dituding Anti Islam, Wasiatnya Meninggal Dikafani dan Baca Syahadat
JAKARTA, iNews.id - Jenderal (Purn) Leonardus Benyamin atau Benny Moerdani sangat dikagumi dalam dunia militer dan intelijen. Dia dianggap sebagai orang dekat Presiden Soeharto pada masa orde baru.
Namun Benny Moerdani sapaan akrabnya dicap anti Islam. Agama Katolik dianutnya seolah semakin menegaskan anggapan tersebut.
Sejumlah peristiwa seolah-olah membenarkan Benny memang Anti-Islam. Tuduhan ini menguak ketika pecahnya tragedi Tanjung Priok di tahun 1984.
Ratusan umat Islam tewas dalam peristiwa itu. Benny yang menjabat Panglima TNI dituduh terlibat dan bertanggung jawab atau bahkan disebut sebagai dalang peristiwa berdarah Tanjung Priok.
Ditambah lagi, tudingan sebagai anti Islam makin terlihat dari beberapa kebijakan Benny di internal TNI. Disebut-sebut perwira berlatar belakang santri sulit mendapat jabatan di masa Benny menjadi Panglima TNI.
Dalam buku yang ditulis Dodi Mawardi berjudul "Belajar Uji Nyali Dari Benny Moerdani, Dia Tidak Bisa Dibeli Dengan Uang", keluarga Benny dekat dengan Islam. Ayahnya Raden Bagus Moerdani Sosrodirjo, orang Jawa beragama Islam yang pindah ke Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Sebelum menikah dengan ibunda Benny yang berdarah Eropa dan beragama Katolik, Rochmaria Jeannie, Raden Moerdani beragama Islam dan memiliki beberapa anak dari istri sebelumnya yang beragama Islam juga. Dia kemudian berpindah agama setelah menikah dengan Jeannie.
Suatu ketika Kiai Asyaad di Situbondo pernah mengajak Benny untuk naik haji bersamanya, karena perhatian jenderal Kopassus ini luar biasa kepada pesantrennya.
Salah seorang anak buah Benny, I Wayan Mendra menceritakan bahwa Benny kala itu menjawab: "Kiai, saya kan Katolik. Jadi tidak bisa ke Mekkah..." Kiai Asyaad sambil berguyon menjawab, "Kalau saya yang mengawal Pak Benny, tidak ada yang berani melarang. Termasuk malaikat."
Benny disebut banyak membantu pesantren dan masjid di hampir semua kota di Jawa Timur, mulai dari Ngawi, Madiun, Nganjuk, Tulung Agung sampai di Situbondo. Banyak anak buahnya yang terkaget-kaget karena baru belakangan mengetahui bahwa masjid atau pesantren di wilayahnya, mendapatkan bantuan dan perhatian dari Benny.
Di hadapan pusara ibunya, Benny berpesan agar ketika meninggal dunia kelak diperlakukan seperti orang Islam. Pengurusan jenazahnya seperti seorang muslim, dikafankan dan dimandikan secara Islam. Mantan Penglima TNI Laksamana (Purn) Widodo AS mengonfirmasi hal tersebut.
Widodo termasuk orang pertama yang datang ke rumah sakit ketika Benny mengembuskan napas terakhirnya. Widodo mengungkapkan Benny dimandikan dan dikafani layaknya jenazah seorang muslim, sesuai pesan yang disampaikan kepada Adnan Ganto.
Dalam buku biografi Adnan Ganto yang terbit 2017 lalu, diceritakan bahwa setelah mendapatkan pesan dari Benny, Adnan bertandang ke rumah Benny di Simprug, Jakarta Selatan sebulan kemudian. Adnan dan istrinya Agustina, tak mau jika pesan tersebut hanya didengarnya sendiri.
Adnan meminta izin untuk menyampaikan pesan Benny saat ziarah ke Hartini. Adnan lalu menyampaikan pesan Benny yang minta dimakamkan secara Islam kepada Hartini.
"Kalau memang itu yang dipesankan, ya silakan dilaksanakan," jawab Hartini merespons permintaan Benny kepada Adnan. Benny juga memberikan pesan tambahan kepada Adnan dan istrinya. “Kalau saya dikafani secara Islam, kamu baca Yasin. Kalau Tina ada, dia baca syahadat 25 kali,” pesan Benny.
Pada sebuah kesempatan, Widodo AS pernah menuturkan bahwa Benny Moerdani memang benar tertarik memeluk agama Islam.
Tetapi Benny sama sekali tidak mau keislamannya karena menginginkan sebuah jabatan. Ucapan mantan panglima TNI itu dikuatkan sebuah fakta. Kiai Yusuf Hasyim dari Tebuireng Jombang pernah menyarankan Benny untuk masuk Islam saja biar bisa menjadi presiden atau wakil presiden.
Apa jawaban Benny? "Apakah masyarakat masih akan percaya seorang yang menjadi Islam hanya karena ingin sebuah jabatan?" Wartawan Senior Fikri Jufri juga pernah melontarkan pernyataan kepada Benny, untuk pindah agama agar kiprahnya di Indonesia makin cemerlang.
Jawaban Benny sangat tegas. "Meninggalkan keyakinan saya hanya untuk sebuah jabatan? Never!" Fakta yang diungkapkan oleh Adnan Ganto dan Laksamana (Purn) Widodo AS kemudian memunculkan kontroversi.
Pertanyaan muncul, apakah Benny sudah memeluk agama Islam sebelum wafat? Ada yang meyakini Benny sudah menjadi Islam, namun ada juga yang tetap yakim Benny masih Katolik.
Faktanya, ketika meninggal dunia Benny diiringi Yasin dan kalimat syahadat serta dikafani. Adnan dan istrinya membacakan Yasin dan syahadat di kamar Benny dirawat di RSPAD.
Adnan dan istrinya terus membacakan syahadat di telinga Benny hingga akhirnya Benny meninggal. Dia juga dikafani dan dimandikan secara Islam. Hingga akhir hayat Benny, KTP-nya pun masih tertulis beragama Katolik. Di balik kontroversi dan misterinya, namun jasanya terhadap bangsa Indonesia sangatlah besar. Tak penting apa pun agamanya.
Editor: Faieq Hidayat