Cerita Kapten Muslihat Lawan Penjajah, Tak Mundur Meski Tertembak
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, tokoh pejuang Bogor berusaha membentuk pemerintahan baru agar segera lepas dari penjajahan Jepang.
Namun sebelum membentuk pemerintahan di Bogor, para pemuda dan pejuang di Kota Bogor harus merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Aksi ini dimulai pada 19 Agustus 1945, ketika para pejuang yang dipimpin R Ijok Mohamad Sirodz meminta pemerintah militer Jepang menyerahkan gedung Bogor Shucokan (keresidenan) dan mengibarkan Merah Putih untuk menggantikan Bendera Jepang, Hinomaru.
Pelatihan perwira PETA yang dipimpin oleh Nippon membawa angin segar bagi kaum pribumi pada awal kemerdekaan. Pelatihan tersebut melahirkan sejumlah tokoh penting yang membuat perjuangan semakin berkibar seperti, Ibrahim Adji, Doele Adboellah, Muslihat. dan Dasoeki Basri.
Khusus untuk Muslihat, dia kemudian menjadi salah satu yang berperan besar. Pada saat berita proklamasi tersebar, ia bersama Moehammad Sirodj bertindak cepat untuk meminta Nippon menyerahkan gedung Bogor Shuchokhan kepada para pemuda.
Ketika mendengar kabar kota Hirosima dan Nagasaki dibom oleh sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, tentara Jepang membubarkan PETA dan menyuruh anggota PETA yang ada di asrama untuk kembali ke kampung masing- masing.
Hampir dua bulan setelah proklamasi, setelah banyaknya kekacauan di mana-mana. Baca juga: Kisah Preman Paling Ditakuti di Jakarta dan Dua Jagoan Penguasa Pelabuhan Tanjung Priok Di Kota Bogor, banyak peristiwa berdarah yang terjadi. Salah satu veteran Kota Bogor Ma’mun Permadi (86), sebagaimana dikutip dari kotabogor.go.id, menceritakan, tepatnya 25 Desember 1945 pertempuran besar terjadi antara rakyat Bogor dengan penjajah yang dipimpin Kapten Muslihat. Dengan menggunakan persenjataan seadaanya, seperti bambu runcing, golok, pedang, mereka menyerang markas-markas yang diduduki Inggris.