Cerita Pedagang Bakso di Tangsel Aktif Ikut Ajaran NII lalu Pilih Hijrah ke NKRI
TANGERANG SELATAN, iNews.id - TK (40) terlihat lahap menyantap nasi kotak bersama istri, keluarga, dan ratusan mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII) lainnya di Aula Blandongan, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Ciputat, Senin (5/12/22). Tukang bakso keliling itu merupakan mantan anggota NII yang kini berikrar setia kembali kepada NKRI.
Ada banyak hal yang membuatnya hijrah ke NKRI, salah satunya soal kepemimpinan dan wilayah.
Tanpa rasa canggung, TK menceritakan awal dia mengenal ajaran NII pada tahun 2008 silam di wilayah Tangsel. Ketika itu, ada temannya sesama pedagang mengajak ke suatu pengajian. Lambat laun, TK pun mulai tertarik untuk bergabung.
"Saya dulu kenal sama teman sekitar tahun 2008, pedagang juga, dulu saya masih dagang tahu gejrot belum dagang bakso. Saya ikut ngaji, lama-lama ya resep aja (menarik), kalau dari ilmu agamanya bagus, waktu itu belum ada omongan-omongan ke politik atau soal apalah gitu. Semenjak itu saya ngikut terus," tuturnya usai acara ikrar setia pada NKRI di lokasi.
Sekian tahun lamanya, TK bergelut dalam kelompok NII khususnya mereka yang tinggal di wilayah Tangsel. Pengajian atau pertemuan di berbagai tempat dia ikuti. Tak ada kecurigaan apa pun, bahkan sebelumnya dia merasa aneh dengan tudingan jika NII kelompok radikal.
"Saya juga bingung awalnya, kenapa banyak yang bilang radikal segala macem. Padahal kalau pengajiannya bagus, makanya waktu itu saya aktif," katanya.
Beberapa lama, TK merasakan ada kejanggalan dalam ajaran NII. Terutama soal kepemimpinan dan negara Islam, dia menganggap NII mau mewujudkan semua itu dengan cara merebutnya dari NKRI.
"NKRI lebih jelas aja. Kalau di NII kan nggak ada yang urus surat-surat keperluan (administrasi) segala macam. Sedangkan kita kalau mau urus apa-apa ya ke NKRI. Makanya saya nggak sepakat soal ajaran negaranya (NII) itu," sambungnya.
TK tak terlalu detail memaparkan hal-hal apa dalam ajaran NII yang dianggap bertentangan. Namun secara umum dia mengatakan, hijrah dirinya kembali pada NKRI karena tak ada ketenangan yang didapat saat menjadi anggota NII.
"Semua sembunyi-sembunyi, sesama kita aja yang tahu. Kalau mau pengajian atau apa pun itu semua rahasia, kayak ngumpet-ngumpet. Jadi ibadah kita nggak tenang, kayak orang punya salah," ungkapnya.
Dia pun mulai berani mencari perimbangan dengan belajar ke sumber lain di luar kelompok NII. Setelah yakin dengan pencerahan itu, barulah dia menyatakan keluar dari NII.
"Sekarang saya, istri dan keluarga sudah baiat, ikrar ke NKRI," tandasnya.
Editor: Faieq Hidayat