Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Wah, Pemimpin Demokrat Disebut Buka Peluang Batalkan Pencalonan Biden di Pilpres AS
Advertisement . Scroll to see content

Debat Capres, Berharap Apa?

Senin, 11 Maret 2019 - 07:28:00 WIB
Debat Capres, Berharap Apa?
Pasangan capres dan cawapres Jokowi-Ma'ruf bersama Prabowo-Sandi dalam debat pertama pilpres di Hotel Bidakara, Jakarta, 17 Januari 2019. (Foto: Antara).
Advertisement . Scroll to see content

Kedua, narasi dan argumentasi. Ini bagian penting dalam debat di mana kandidat dengan argumentasi koheren, menyodorkan bukti, mampu menyanggah klaim lawan, serta menghubungkan ide-ide dan simbol, dalam sebuah narasi menarik bisa memenangkan debat.

Ketiga, kredibilitas. Hal ini betul-betul diperhitungkan di era media, dimana kredibilitas dan kemampuan menghasilkan image kredibel dalam televisi. Keempat, komunikasi nonverbal. Bagi sebagian pemilih menjadi petunjuk sederhana di tengah kesulitan mencerna statement kebijakan atau bahasa politik yang rumit. Apalagi ketika stasiun televisi menyiarkan layar terpisah, di mana penonton dapat memperhatikan emosi dan gerak-gerik kandidat. Merujuk empat poin ini, bagaimana menurut Anda evaluasi debat kemarin?

Para ahli mengibaratkan debat sebagai format dari interviu pekerjaan yang secara ritualnya berorientasi image atau pencitraan (jual diri). Di sisi politis lain yang menjadi PR, bagaimana seseorang ditempatkan sebagai presiden baik penampilan dan perilakunya, pemahaman mendalamnya akan isu, dan terutama sekali, kapabilitas memimpin negeri.

Pascareformasi, praktis debat presiden baru digelar kurang lebih empat kali, yakni pada tahun 2004, 2009, 2014 dan pemilu presiden tahun ini. Masih ada tiga kali lagi debat tersisa untuk tahun ini, mari berbenah. Memang tidak linier dibanding-bandingkan ala debat AS sana, tapi kita punya asa untuk menyodorkan suasana debat yang berkualitas.

Misal, berupaya mewujudkan debat setajam kandidat presiden Gerald R Ford dan Jimmy Carter pada tahun 1976. Ini debat yang betul-betul menguji kapabilitas kandidat. Kala itu, selama satu setengah jam, isu strategis Ford dan Carter dikuliti habis oleh panelis, yakni 1 kolumnis dan 2 penulis editorial Washington Post dan Los Angeles Times.

Di sisi lain, percakapan publik perlu dipelihara dari yang pro dan kontra, sekalipun yang tendensi tipis bibir alias nyinyir, karena toh memang tidak terelakkan. Namun untuk mengadu ke Bawaslu, semua pihak perlu membatasi diri. Saya rasa, konsultan masing-masing kandidat paham betul kalau itu tidak perlu.

Editor: Zen Teguh

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut