Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Prabowo Lantik 7 Anggota Komisi Yudisial Periode 2025-2030 di Istana Negara
Advertisement . Scroll to see content

Deretan Operasi Militer Kopassus Paling Menyeramkan

Senin, 29 November 2021 - 14:20:00 WIB
Deretan Operasi Militer Kopassus Paling Menyeramkan
Kopassus, sepanjang sejarah berdirinya, terlibat beberapa operasi menyeramkan di dalam maupun luar negeri (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Operasi-operasi militer Komando Pasukan Khusus (Kopassus) paling menyeramkan terjadi beberapa kali, baik di dalam maupun luar negeri. Sebagai pasukan elite TNI Angkatan Darat (AD), Kopassus menjalankan berbagai operasi di antaranya untuk menegakkan kedaulatan.

Kesuksesan operasi Kopassus mendapat banyak apresasi dari masyarakat di dalam negeri maupun mancanegara. Inilah juga yang membuat nama korps baret merah itu disegani oleh banyak negara.

Berikut daftar operasi militer Kopassus paling menyeramkan:

1. Operasi Woyla

Pada 1981, Kopassus berhasil membebaskan penumpang Pesawat Garuda yang disandera oleh teroris. Pesawat Garuda DC-9 Woyla dengan rute penerbangan Jakarta-Medan dibajak saat transit di Palembang. Lantaran kehabisan bahan bakar, pesawat kemudian mengisinya di Bandara Penang, Malaysia, lalu kemudian mendarat di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand. 

Pembajak berjumlah lima orang yang menyamar sebagai penumpang. Mereka menyebut sebagai kelompok Komando Jihad. Para pembajak menyampaikan tuntutan kepada Pemerintah Indonesia, yaitu pembebasan anggota Komando Jihad yang ditahan akibat peristiwa Cicendo dan meminta uang 1,5 juta dolar AS. 

Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Indonesia mengirim pasukan Kopassus untuk membebaskan sandera. Pada 31 Maret 1981, di bawah pimpinan Letkol Inf Sintong Pandjaitan berhasil membebaskan para sandera.

Operasi Woyla mengakibatkan pilot Herman Rante, Ahmad Kirang, serta salah satu anggota satuan Para Komando Kopassandha gugur dalam baku tembak. 

2. Operasi Mapenduma

Mapenduma merupakan operasi militer bertujuan membebaskan peneliti Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik di Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Jayawijaya. Guna membebaskan para sandera, Prabowo Subianto yang juga menjabat Danjen Kopassus memimpin langsung anak buahnya serta dari kesatuan lain dalam operasi ini.

Prabowo membentuk tim inti pembaca jejak terdiri atas pasukan Kopassus dan Kodam Cenderawasih. Operasi yang dimulai pada 8 Januari 1996 ini berakhir pada 9 Mei 1996, setelah penyerbuan Kopassus ke markas OPM di Desa Geselama, Mimika. Dua dari 11 sandera ditemukan tewas. Mereka yang tewas adalah peneliti ornitologi Matheis Yosias Lasembu dan peneliti biologi Navy W Th Panekenan.

3. Operasi Seroja 

Operasi Seroja dimulai pada 7 Desember 1975, bertujuan membebaskan Timor Timur dari gerakan separatisme serta menghapus kolonialisme Portugis. Penyerbuan dilakukan ketika kolonialis Portugis meninggalkan Pulau Timor pada Agustus 1975 yang digantikan pemerintahan pimpinan Fretilin yang berideologi Komunis. 

Pasukan Indonesia bergerak ke perbatasan Timor Timur disertai dengan pengeboman yang dilakukan Angkatan Laut ke ibu kota Dili. Setelah itu disusul dengan pendaratan pasukan terjun payung di Dili. Sebanyak 35.000 pasukan Indonesia melawan 20.000 pasukan Timor Timur. 

Penumpasan DI/TII

4. TNI AD membentuk Gerakan Banteng Negara dengan tujuan menumpas gerakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat pada Januari 1950.

Kemudian pada 1958, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 59 tentang rencana Kodam Siliwangi menerapkan taktik Pagar Betis guna menghentikan langkah gerakan DI/TII. Kopassus yang saat itu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dikerahkan dalam operasi ini.

Operasi penumpasan dilakukan dengan mengepung wilayah yang menjadi basis kekuatan gerakan DI/TII. Hingga akhirnya Kartosuwiryo sebagai pemimpin DI/TII berhasil ditangkap. 

RPKAD pimpinan Sintong Pandjaitan juga menumpas gerakan DI/TII Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan. Sintong saat itu menjabat Komandan Peleton 1. Nama lain yang terlibat dalam operasi penumpasan DI/TII adalah Idjon Djanbi, namun dia terluka dan digantikan RE Djailani.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut