Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Gunung Semeru Meletus Hari Ini, Kolom Abu Capai 700 Meter
Advertisement . Scroll to see content

Detik-detik Erupsi Gunung Semeru Tak Terdeteksi, Pakar ITS Jelasnya Penyebabnya

Kamis, 09 Desember 2021 - 11:20:00 WIB
Detik-detik Erupsi Gunung Semeru Tak Terdeteksi, Pakar ITS Jelasnya Penyebabnya
Gunung Semeru
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Erupsi Gunung Semeru terjadi pada Sabtu (4/12) lalu berdampak hingga ke beberapa wilayah di sekitarnya. Menanggapi kejadian bencana ini, pakar geologi dari ITS M Haris Miftakhul Fajar mengungkapkan detik-detik erupsi gunung Semeru.

Detik-detik Erupsi Gunung Semeru

Menurutnya, material yang keluar pada hari gunung Semeru erupsi merupakan akumulasi hasil erupsi di hari-hari sebelumnya. Ia memaparkan, rekaman aktivitas seismik Gunung Semeru saat itu diketahui tidak menunjukkan adanya gempa karena erupsi yang besar.

Tetapi, sistem juga merekam data seismisitas akibat aktivitas guguran yang meningkat tajam dan gempa erupsi intensitas kecil.

Bila merujuk pada data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), sejak November lalu, memang ada peningkatan aktivitas vulkanik, berupa gempa erupsi Gunung Semeru. 

“Maka, bersamaan dengan adanya peningkatan aktivitas erupsi, terindikasi pula adanya peningkatan jumlah material vulkanik yang terkumpul di sekitar kawah,” papar Haris melalui siaran pers.

Erupsi gunung Semeru pun menyebabkan puncak semakin tinggi. Hal ini lantaran adanya penumpukan jumlah material di tudung Gunung. Di sisi lain, ketidakstabilan lereng menjadi bertambah pula. 

“Apalagi, material erupsi keluaran Gunung Semeru masih berupa material vulkanik yang tidak terkonsolidasi,” terangnya. Karakteristik material itu sangat mudah tergerus dan dapat mengakibatkan terjadinya runtuhan.

Sebaliknya, masyarakat cenderung tidak merasakan getaran gempa erupsi Gunung Semeru saat peristiwa ini terjadi. Namun, getaran itu dapat ditangkap oleh seismograf sebagai seismisitas guguran. 

“Saat runtuhan terjadi, sebenarnya juga disertai dengan getaran. Tetapi, magnitudo getarannya kecil, sehingga tidak sampai terasa oleh warga sekitar,” katanya. 

Sementara itu, data seismograf juga berhasil mendeteksi adanya seismisitas akibat erupsi pada pukul 14.50 WIB di hari yang sama dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5.160 detik. Dari situ, terindikasi adanya erupsi yang langsung terjadi pasca terjadinya guguran material vulkanik akibat pengurangan tekanan di lapisan bagian atas Gunung Semeru. 

“Erupsi ini terjadi pada skala kecil, dengan getaran seismisitas tidak terlalu dirasakan warga,” tegasnya. 

Fakta Gunung Semeru

Uniknya, Gunung Semeru merupakan gunung api yang biasa mengeluarkan gas beserta material vulkanik setiap 30 - 60 menit, dengan letusan berintensitas kecil. Hal ini yang membedakan Gunung Semeru dengan gunung api lain, seperti Gunung Merapi atau Gunung Kelud.

“Semeru jarang meletus dalam skala besar, karena secara teratur menyalurkan tekanan dan material vulkaniknya dari dalam dapur magma ke permukaan bumi,” jelas Haris.

Hal itu, menurut Haris, dapat dikatakan keuntungan karena pengumpulan tekanan besar di dalam dapur magma dapat sedikit dihindari. Erupsi yang terjadi di Gunung Semeru pasca guguran vulkanik terjadi dan tekanan bagian penutup berkurang, masih berlangsung pada erupsi skala kecil. Hal ini menunjukkan tekanan dan material di dapur magma Gunung Semeru tidak terlalu besar. 

Di sisi lain, imbuh dosen asal Blitar ini, karakter tersebut juga harus diwaspadai karena material erupsi hanya terkumpul di sekitar kawasan puncak.

“Sewaktu-waktu longsoran akan mudah terjadi, apabila telah mencapai batas ketidakstabilan lereng,” tambahnya. 

Sampai saat ini pun, status Gunung Semeru berada pada level waspada karena aktivitas vulkanik tidak menunjukkan peningkatan signifikan yang mengindikasikan adanya erupsi besar.

Sementara itu, Haris memberikan rekomendasi agar masyarakat selalu waspada dengan gunung Semeru. Tak lupa, ia mengingatkan, agar semua pihak dapat mematuhi peta kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Semeru yang telah dibuat PVMBG. Berdasarkan peta tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu area yang paling berdampak dan berpotensi alami kerusakan paling masif adalah Desa Supiturang.

“Di kawasan seperti itu, jika musibah masih terjadi setelah adanya peringatan, tentu menambah keprihatinan kita semua,” tutup dia.

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut