Di Balik Penunjukan Djamari Chaniago sebagai Menkopolkam
Selain sebagai counterpart, Djamari juga dipandang memiliki aspek strategis terutama dalam mengelola situasi-situasi kritikal ke depan. Apalagi ia pernah berada di jantung politik Jakarta saat terjadi krisis 1998. Saat itu ia menjadi Pangkostrad dari 23 Mei 1998 sampai 24 November 1999.
Memilih Djamari menunjukkan keinginan Prabowo ingin mendapatkan keseimbangan informasi di internal, sehingga informasi tidak hanya berasal dari ring ½, ring 1, koalisi partai, tetapi juga dari counterpart.
Nama-nama Tokoh Nasional Lulusan AKMIL Angkatan 50-70an:
1. Try Sutrisno (Tahun Lulus ‘59)
2. A.M Hendropriyono (Tahun Lulus ‘67)
3. Agum Gumelar (Tahun Lulus ‘68)
4. Sutiyoso (Tahun Lulus ‘68)
5. Wiranto (Tahun Lulus ‘69)
6. Luhut Binsar Panjaitan (Tahun Lulus ‘70)
7. Djamari Chaniago (Tahun Lulus ‘71)
8. Kiki Syahnakri (Tahun Lulus ‘71)
9. Endriartono Sutarto (Tahun Lulus ‘71)
10. Susilo Bambang Yudhoyono (Tahun Lulus ‘73)
11. Prabowo Subianto (Tahun Lulus ‘74)
12. Sjafrie Sjamsoeddin (Tahun Lulus ‘74)
13. Joko Santoso ((Tahun Lulus ‘75)
Konteks Strategis
Dalam konteks Sistem Manajemen Nasional (Sismennas), sebagai Menkopolkam, Djamari memegang kendali bila terjadi deadlock politik dan keamanan. Ia juga bertanggungjawab melakukan sinkronisasi dan koordinasi di bidang politik dan keamanan, untuk selanjutnya melaporkan ke presiden, seperti diatur dalam Perpres Nomor 141 tahun 2024.
Saat ini terdapat tujuh kementerian dan lembaga yang berada di bawah koordinasi kementerian koordinator, yaitu: Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian Komunikasi dan Digital, Kejaksaan Agung, TNI, dan Polri.
Dengan posisi strategis tersebut, Djamari akan menjadi counterpart penting bagi presiden. Dalam dalam situasi politik baru, Djamari dituntut dapat beradaptasi secara cepat dan terukur.
Sumber: aryafernandes.com
Editor: Maria Christina