Diskusi Ekonomi Prabowo Diduga untuk Alihkan Isu Hoaks Ratna Sarumpaet
JAKARTA, iNews.id – Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto bersama tim pakarnya pada Jumat (5/10/2018) malam menggelar jumpa pers untuk menyampaikan sejumlah pandangannya terkait kondisi terkini ekonomi Indonesia. Namun, Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo–Ma’ruf Amin menyebut apa yang disampaikan Prabowo dan timnya kemarin malam akan lebih baik jika disertai dengan data yang valid serta data akurat.
“Apabila isu yang diangkat tidak didukung dengan data yang konkret dan valid, hanya bersifat umum dan analisis perorangan, dan tidak ada hal yang baru yang menggiring opini publik, maka itu kami anggap pengalihan isu dari isu yang sedang hangat saat ini ke isu baru, yaitu isu ekonomi. Bagi kami ini hal yang wajar saja dalam demokrasi,” ujar Wakil Ketua TKN Jokowi–Ma’ruf, Johnny G Plate, di Jakarta, Sabtu (6/10/2018).
Johnny bahkan berani menyebut persoalan ekonomi yang disampaikan oleh kubu Prabowo semalam seolah-olah untuk menggiring opini publik dari isu hoaks Ratna Sarumpaet. “Tentu masyarakat sangat cerdas untuk melihat bahwa ini bukan koreksi substansif, tapi hanya sekadar bagian dari ruang demokrasi dengan menyajikan satu isu ke isu yang lain,” ucapnya.
Walaupun demikian, kata Johnny, TKN Jokowi–Ma’ruf sama sekali tidak akan terpancing dengan arus yang dibuat tim sukses Prabowo–Sandi terkait banyaknya isu ekonomi saat ini. “Kami tidak terpengaruh dengan penggiringan isu-isu baru atau isu-isu lama yang diperbarui dan direpetisi. Pengulangan isu-isu lama yang sangat menyita perhatian dan mengisi ruang publik tidak bermanfaat bagi demokrasi kita,” kata dia.
Sebelumnya, Prabowo menggelar diskusi dengan para pakar ekonomi yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Adil Makmur. Hasilnya, dia melihat ada kerawanan dalam prospek ekonomi bangsa di masa mendatang.
Salah satu ekonom di Tim Pakar Prabowo–Sandi, Fuwad Bawazir menuturkan, tren nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih terus akan mengalami pelemahan dalam beberapa waktu ke depan. Bahkan, dia memprediksi keadaan semacam itu akan terus bertahan hingga tahun depan.
“Tren indikasinya masih sama, bahkan memburuk. (Kurs) bisa mengarah ke angka psikologis Rp16.000 per dolar AS. Data yang kami lihat, rupiah cenderung melemah sampai 2019. Lama-lama akan berdampak buruk, ini dibutuhkan langkah efektif dari pemerintah bukan hanya sekadar retorika,” ujar Fuwad di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara IV Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (5/10/2018).

Editor: Ahmad Islamy Jamil