Duh! Studi Sebut IQ Pasien Covid Menurun Signifikan usai Sembuh
LONDON, iNews.id – Peneliti mendeteksi adanya penurunan kecerdasan atau IQ secara signifikan pada pasien yang sembuh dari Covid. Temuan itu terutama didapati pada mereka yang memiliki gejala sakit yang parah akibat infeksi virus corona.
Menurut riset tersebut, pasien yang sebelumnya tertular Covid-19 mendapat skor lebih rendah pada tes kecerdasan dan penilaian kognitif dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah terinfeksi. Hasil penelitian itu diterbitkan di jurnal The Lancet EclinicalMedicine pada Kamis (22/7/2021) lalu.
Sebelum wabah virus corona menyebar ke seluruh dunia, Adam Hampshire, ahli saraf kognitif di Imperial College London mulai bekerja sama dengan BBC dalam studi kognitif nasional untuk menentukan tingkat umum kecerdasan Inggris.
“Pada saat penelitian, kami telah mengumpulkan data tes kognitif dan kuesioner yang komprehensif dari sebagian besar masyarakat umum, terutama di Inggris, sebagai bagian dari Great British Intelligence Test—sebuah proyek kolaboratif dengan BBC2 Horizon,” ungkap para peneliti, dikutip kembali Alarabiyah, Senin (26/7/2021).
Pada Mei lalu, ketika pandemi memaksa negara-negara di seluruh dunia memberlakukan karantina wilayah (lockdown) dan menutup perbatasan mereka, Hampshire dan timnya memasukkan pertanyaan terkait Covid-19 ke dalam survei. Hal tersebut untuk menentukan apakah penyakit itu akan memiliki efek jangka panjang pada kemampuan kognitif.
Para peneliti memperluas kuesioner untuk memasukkan pertanyaan yang berkaitan dengan dampak pandemi, termasuk kasus suspek maupun yang sudah terkonfirmasi Covid-19. “Juga perincian persistensi dan tingkat keparahan gejala, kondisi medis yang sudah ada sebelumnya yang relevan, dan ukuran depresi, kecemasan, serta stres pascatrauma,” kata mereka.
Para peneliti kemudian memerikas data dari 81.337 orang di seluruh Inggris dan disesuaikan dengan berbagai faktor, termasuk usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, bahasa pertama, dan variabel lainnya. Mereka menemukan, semakin parah infeksi Covid-19, semakin besar pula kemungkinan orang yang sembuh memiliki penurunan kecerdasan yang lebih besar.
Defisit kecerdasan paling signifikan ditemukan saat orang-orang sembuh dari Covid itu melakukan tugas-tugas memerlukan evaluasi penalaran, perencanaan, dan perhatian selektif. Studi skala besar sebelumnya juga menunjukkan, pasien Covid-19 menderita “kabut otak” lama setelah mereka pulih dari penyakit itu.
“Ketika memeriksa seluruh populasi, ada defisit paling menonjol untuk paradigma yang memanfaatkan fungsi kognitif seperti penalaran, pemecahan masalah, perencanaan tata ruang, dan deteksi target, begitu pula halnya dengan tes hemat fungsi yang lebih sederhana seperti rentang kerja-memori serta pemrosesan emosional,” kata peneliti.
“Hasil ini sesuai dengan laporan Covid panjang, di mana ‘kabut otak’, kesulitan berkonsentrasi dan kesulitan menemukan kata-kata yang benar adalah hal biasa,” ungkap mereka lagi.
Penurunan IQ juga secara signifikan lebih menonjol pada pasien Covid yang dirawat di rumah sakit dan memakai ventilator, menurut studi tersebut. Defisit itu bahkan lebih besar daripada defisit yang tercatat pada orang-orang yang sebelumnya mengidap stroke dan melaporkan ketidakmampuan belajar.
“Skala defisit yang diamati bukannya tidak berarti; pengurangan skor komposit global 0,47 SD untuk subkelompok yang dirawat di rumah sakit dengan ventilator lebih besar dari penurunan rata-rata 10 tahun dalam kinerja global antara usia 20 hingga 70 dalam kumpulan data ini,” ujar para peneliti.
“Itu lebih besar dari defisit rata-rata 480 orang yang mengindikasikan bahwa mereka sebelumnya menderita stroke (−0,24SD) dan 998 yang melaporkan ketidakmampuan belajar (−0,38SD). Sebagai perbandingan, dalam tes kecerdasan klasik, 0,47 SD setara dengan perbedaan 7 poin dalam IQ.”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang mengkhawatirkan antara penyakit Covid-19 dan berbagai fungsi kognitif yang lebih tinggi pada fase kronis awal. “Kendati demikian, masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan berapa lama defisit semacam itu bakal bertahan dan dasar biologis/psikologisnya,” kata Hampshire.
Peneliti Klinis di University College London Christina Pagel mengatakan, bencana bisa saja terjadi jika Covid terus menyebar tanpa terkendali.
“Saya khawatir sekali lagi kita menyaksikan bencana yang sedang berlangsung sambil menunggu bukti yang tegas. Bukti tegas tentang dampak jangka panjang, menurut definisi, membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Mungkin tidak akan pernah - tetapi sejauh ini, lintasannya menuju bukti yang lebih pasti, tidak kurang,” tulis Pagel di Twitter.
Editor: Ahmad Islamy Jamil