Dulu Jual Air Minum di Stasiun, Siapa Sangka Sosok Ini Menjelma Jadi KSAD dan Terpilih Wapres!
Pada 1945 usai Proklamasi Kemerdekaan, situasi negara masih dalam keadaan genting. Tentara Sekutu yang diboncengi Belanda kembali merangsek Indonesia, tak terkecuali Surabaya.
Keadaan kota sungguh memprihatinkan. Untuk makan susah, hidup tenang juga tak gampang. Belanda yang berkedok NICA beberapa kali melanggar gencatan senjata sehingga memicu perlaanan gerilya arek-arek Suroboyo.
Kondisi yang kian memburuk itu membuat keluarga Bandi mengungsi ke Mojokerto, kota di pinggiran Surabaya. Bandi selanjutnya menjadi petugas Bagian Kesehatan Batalyon Poncowati di Purwoasri, Kediri.
Dalam keadaan darurat, tak mungkin bagi Try untuk melanjutkan sekolah. Hari-hari terasa kian berat. Untuk bertahan hidup, keluarga Soebandi harus menjual barang-barang tersisa yang sempat mereka bawa ke pengungsian.
Hati Try tergerak. Tak ingin keluarganya terpuruk dalam kesulitan, tebersit dalam hatinya untuk membantu mencari nafkah. Tapi, apa yang harus dilakukan? Kata orang, di mana ada kemauan di situ ada jalan. Jadilah Try kecil berjualan air minum.
“Dengan bermodalkan air dalam kendi, Try mulai berjualan air putih. Dibalut baju kumal dengan celana pendek, Try menjajakan air minum kepada penumpang spoor (kereta api) yang lewat di Stasiun Mojokerto,” tulis Disjarahad.
Seperti kebanyakan bocah di masa penjajahan, Try tak hanya berjuang untuk menyambung hidup, tetapi juga harus melawan penyakit. Saat itu, badanya dipenuhi kudis yang menimbulkan rasa gatal. Maklum, hidup di pengungsian sungguh mengenaskan. Jangankan memikir kesehatan, demi sesuap nasi saja harus memeras peluh dan tenaga.
Naluri dagangnya terus terasah. Dari berjualan air minum, dia beralih jualan koran. Setelah itu dia memilih berdagang rokok karena keuntungan lebih besar. Sedikit demi sedikit uang yang didapat digunakan untuk membantu keluarga.
Linimasa terus bergulir. Try tumbuh remaja. Satu episode baru dijalaninya ketika pada 1948 dia menjadi tobang alias pesuruh di markas tentara, tak jauh dari tempatnya mengungsi. Pekerjaan itu membuatnya sangat senang. Di situ pula tumbuh kebanggaanya pada tentara yang berjuang membela Tanah Air.