Epidemiolog Ungkap Potensi Virus H5N5 Masuk Indonesia Kecil, tapi Harus Waspada!
"Dan kontak antara burung liar dan unggas peliharaan atau peternakan tradisional itu bisa meningkatkan peluang spillover tadi. Jadi, ada peluang penularan antarhewan," tambahnya.
Selain itu, faktor lain yang meningkatkan risiko adalah di Indonesia ini banyak peternakan kecil dan pasar unggas hidup atau pasar basah yang belum dikelola dengan baik, dan ini memberi peluang risiko amplifikasi.
"Terlebih, biosecurity Indonesia itu masih lemah, apalagi kalau bicara soal burung liar," ungkap dr Dicky.
Terlepas dari itu, faktor yang menurunkan risiko masuknya H5N5 ke Indonesia ialah Indonesia adalah negara kepulauan. Dan karena kasus pertama ditemukan di Amerika Serikat, secara geografis Indonesia jauh sekali dari AS.
Karena itu, saran dr Dicky adalah perkuat surveilans, termasuk deteksi aktif pada unggas, di pesisir, di pasar, di peternakan. Menurutnya, ini harus dilakukan secara berkala dan terutama berfokus pada area migrasi burung air.
Selain itu, perkuat laboratorium juga diperlukan, termasuk jalur pelaporannya. Mengingat Indonesia itu banyak peternakan burung, ayam, dan para pengelola peternakan ini perlu dilatih untuk meningkatkan skill biosecurity-nya.
Editor: Muhammad Sukardi