Fachrul Razi, Menteri Agama Ketiga yang Mantan Militer
JAKARTA, iNews.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menunjuk mantan Wakil Panglima TNI Jenderal (Purn) Fachrul Razi sebagai menteri agama (menag). Ternyata, Fachrul Razi bukan menag pertama yang mantan militer.
Setidaknya, mantan sekertaris jenderal (Sekjen) Departemen Pertahanan (Dephan) itu menjadi orang ketiga. Menag pertama yang berlatar belakang militer adalah Letnan Jenderal TNI (Purn) Alamsyah Ratu Perwiranegara.
Alamsyah menjadi menag pada Kabinet Pembangunan III (1978-1983). Dalam daftar menag, Duta Besar RI untuk Belanda (1972-1974) ini berada di urutan ke-13. Alamsyah meninggal di Jakarta, 8 Januari 1998 pada umur 72 tahun.
Menag kedua yang berlatar belakang militer adalah Laksamana Muda TNI (Purn) dokter Tarmizi Taher. Dia menjadi menag dari 17 Maret 1993 hingga 14 Maret 1998 atau pada Kabinet Pembangunan IV.
Taher menjadi menag ke-15. Dia meninggal di Jakarta, 12 Februari 2013 pada umur 76 tahun.
Menag ketiga adalah Fachrul Razi. Mantan kepala staf umum (Kasum) ABRI ini berada di urutan ke-23 dalam daftar menag.
Hari pertama menjabat, Menag Fachrul Razi menyinggung tentang radikalisme. Dia menilai aksi radikal didasari kesalahan pemikiran.
Jenderal purnawirawan TNI itu mengatakan, Islam tidak mengajarkan kekerasan dan kezaliman. Islam mengajarkan kedamaian dan kebaikan kepada umat.
"Sudah jelas Islam itu rahmatan lil alamin. Kalau sampai ngajak musuh, apalagi sampai membunuh banyak manusia pasti ada yang salah menafsirkan agamanya itu," ujar Fachrul di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10/2019).
Sebagai Menag yang baru, dia berkomitmen akan mencegah radikalisme baik di internal Kementerian Agama (Kemenag) maupun di masyarakat. Pencegahan itu dilakukan, melalui pendekatan persuasif.
"Mungkin kalau kita lakukan dengan smooth (halus) dengan tenang, semua orang merasa dihormati dengan baik. Pencegahan radikalisme tetap kita lakukan," ucapnya.
Fachrul Razi dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggantikan Menag sebelumnya, yaitu Lukman Hakim Saifuddin dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Editor: Djibril Muhammad