Forjukafi Gelar Rakernas 2025, Dorong Optimalisasi Potensi Wakaf lewat Digitalisasi
JAKARTA, iNews.id - Forum Jurnalis Wakaf dan Zakat Indonesia (Fojukafi) mengelar rapat kerja nasional (rakernas) rakernas 2025 Leuweung Geledagan, Bogor, pada 9-10 Februari 2025. Rakernas kali ini bertema Membangun Ekosistem Wakaf dan Zakat Digital yang Berkelanjutan.
Ketua Umum Forjukafi Wahyu Muryadi mengatakan potensi wakaf sangat besar. Oleh karena itu perlu terus dioptimalisasi dengan bermacam strategi, termasuk memanfaatkan teknologi digital.
“Tujuan rakernas ini berupaya melakukan pemetaan digital terhadap potensi wakaf yang bisa dikembangkan di Indonesia,” ujar Wahyu dalam keterangannya, Minggu (9/2/2025).
Menurut Wahyu, wakaf adalah instrumen syariah yang dapat diandalkan untuk memajukan ekonomi umat.
“Wakaf merupakan instrumen syariah yang inklusif dan powerful karena tidak terikat agama tertentu karena orang yang berwakaf boleh non-muslim,” ujar Wahyu.
Wahyu yang juga Bendahara Badan Wakaf Indonesia (BWI) menyebutkan, saat ini potensi wakaf di Indonesia mencapai Rp180 triliun.
“Namun berdasarkan laporan nilainya masih kecil sekitar Rp3 triliun pada 2024. Karenanya memanfaatkan teknologi digital sudah menjadi keharusan di era saat ini,” tambah Wahyu.
Dia mengatakan tema Rakernas Forjukafi ini sesuai dengan tantangan di era digital. Adapun rakernas juga menghadirkan Direktur SINERGI Amil Zakat, Waely Mohdan yang memberikan materi soal pemanfaatan teknologi digital dalam optimalisasi pengumpulan wakaf dan zakat di Indonesia.
“Karena sudah menjadi kebutuhan, maka lembaga atau pegiat wakaf mau tidak mau harus memanfaatkan teknologi digital untuk mengoptimalisasi pengumpulan wakaf, zakat, dan infaq di Indonesia,” ujar Waely.
Dia mencontohkan berdasarkan pengumpulan wakaf dan zakat yang diperoleh SINERGI Foundation, 80 persen penerimaan memanfaatkan teknologi digital. Salah satunya melalui pemanfaatan media sosial.
“Persoalan penting yang menjadi perhatian adalah bagaimana menbuat konten-konten menarik untuk dapat menarik perhatian para calon wakif atau muzakki,” ujar Waely.
Menurut Waely, para pegiat wakaf di Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan cara-cara konvensional dalam menarik para wakif atau muzakki untuk memberikan donasi.
“Karena yang terpenting adalah bagaimana menarik atensi terlebih dahulu. Ketika mereka sudah memberikan atensi, maka akan lebih mudah memberikan pemahaman tentang pentingnya wakaf, zakat, infaq, dan sedekah,” terang Waely.
Meski begitu, dia menilai kegiatan offline tetap harus berjalan paralel. Karena kegiatan offline tetap memiliki peminat yang cukup tinggi.
“SINERGI Foundation kerap membuat kegiatan offline di mana kita mengumpulkan anak-anak muda sebagai relawan, dan ini kegiatan ini cukup tinggi peminatnya,” ujar dia.
Editor: Rizky Agustian