Ganjar-Mahfud Ungkap 5 Tantangan Akses Telemedicine di Daerah 3T
JAKARTA, iNews.id - Calon presiden Ganjar Pranowo beserta calon wakil presiden Mahfud MD berkomitmen dalam digitalisasi layanan kesehatan, dengan penekanan khusus pada implementasi telemedicine. Program tersebut difokuskan bagi masyarakat yang tinggal di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).
Melalui Misi 1 Gerak Cepat, pasangan ini mengintegrasikan telemedicine ke dalam program kesehatan jiwa dan raga, dengan inisiatif seperti 1 Desa - 1 Puskesmas/Pustu - 1 Dokter/Nakes.
Misi nomor 1.1.1 mereka, seperti yang diungkap dalam dokumen visi-misi Ganjar-Mahfud, menekankan pentingnya kemudahan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan tingkat pertama. Mereka berkomitmen untuk memetakan kebutuhan penyediaan atau revitalisasi puskesmas di setiap desa, disertai dengan ketersediaan dokter, tenaga kesehatan, obat esensial, dan percepatan digitalisasi layanan kesehatan melalui telemedicine.
Telemedicine, sebagai layanan klinis jarak jauh, dianggap sebagai solusi utama untuk memastikan layanan kesehatan yang efisien dan mudah diakses, terutama di daerah terpencil. Namun, pasangan ini menghadapi sejumlah tantangan dalam mewujudkan program ini di daerah-daerah tersebut.
Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan infrastruktur teknologi di daerah 3T.
Keterbatasan akses ke jaringan internet yang stabil dan cepat dapat menghambat kemampuan masyarakat untuk mengakses layanan telemedicine secara optimal.
Penerapan telemedicine memerlukan ketersediaan tenaga medis yang terlatih. Namun, daerah 3T sering menghadapi kekurangan tenaga medis yang terlatih.
Pelatihan dan pemeliharaan tenaga medis yang mampu mengoperasikan serta memberikan layanan telemedicine menjadi tantangan khusus.
Masyarakat di daerah 3T mungkin kurang familiar dengan konsep telemedicine dan manfaatnya. Pemahaman yang rendah terkait teknologi ini dapat menghambat adopsi telemedicine, bahkan jika infrastruktur dan tenaga medis sudah tersedia.
Akses terbatas terhadap perangkat telekomunikasi, seperti smartphone atau komputer, dapat menjadi hambatan serius untuk penggunaan telemedicine di daerah 3T.
Ketersediaan perangkat ini menjadi kunci dalam memastikan partisipasi masyarakat dalam konsultasi medis jarak jauh.
Penerapan telemedicine juga menghadapi tantangan terkait keamanan data dan privasi pasien.
Di daerah 3T, di mana infrastruktur keamanan teknologi mungkin kurang matang, perlu perhatian ekstra untuk memastikan bahwa informasi medis yang diakses atau dibagikan melalui platform telemedicine tetap aman dan terlindungi.
Ganjar-Mahfud menyadari kompleksitas tugas ini dan menyadari bahwa untuk meraih keberhasilan, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan pihak terkait lainnya.
Editor: Komaruddin Bagja