Gugur di Mako Brimob, Iptu Yudi Tinggalkan Istri yang Tengah Hamil Tua
INSIDEN kerusuhan di Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob) Kelapa Dua Depok, Jawa Barat, menyisakan duka yang mendalam bagi banyak orang. Tak hanya keluarga, kesedihan juga dirasakan oleh tetangga dari korban yang tewas dalam peristiwa tersebut.
Dari lima polisi yang gugur dalam kerusuhan di Rumah Tahanan (Rutan) Mako Brimob Kelapa Dua, Selasa (8/5/2018) malam, di antaranya terdapat Inspektur Polisi Satu (Iptu) Anumerta Yudi Rospuji Siswanto. Saat dinyatakan tewas di tangan narapidana (napi) teroris, warga Perumahan Bukit Waringin, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor itu ternyata meninggalkan istri yang tengah mengandung buah hatinya. Usia kehamilan sang istri kini sudah menginjak 9 bulan.
“Korban mempunyai tiga orang anak dan istri yang tengah mengandung (anak yang keempat),” kata tetangga korban, Hasanah, Rabu (9/5/2018).
Menurut dia, kabar meninggalnya Iptu Yudi sebenarnya sudah didengar para tetangga sejak Rabu (10/5/2018) siang. Pasalnya, dini harinya, sekitar pukul 02.00 WIB, keluarga korban sempat didatangi dua orang anggota kepolisian untuk menyampaikan berita duka.
Dari percakapan tersebut, terdengar suara tangisan istri korban. Begitu mendengar kabar buruk tersebut, kata Hasanah, yang merasa kehilangan bukan hanya keluarga Iptu Yudi, melainkan juga para tetangganya di Kompleks Perumahan Bukit Waringin.
Hasanah mengungkapkan, Iptu Yudi semasa hidupnya dikenal sebagai pribadi yang baik dan suka menolong. Dia mengaku terakhir kali bertemu korban pada Senin (7/5/2018), saat hendak berangkat dinas ke Mako Brimob Kelapa Dua. Namun, Hasanah tak menyangka jika hari itu menjadi pertemuan terakhirnya dengan Yudi.
Dia menuturkan, para tetangga sejatinya sudah mempersiapkan acara tahlilan di rumah duka sejak siang kemarin. Namun, mereka mendengar kabar bahwa jenazah Iptu Yudi ternyata langsung dibawa ke kampung halamannya, Bumiayu, Jawa Tengah, untuk dimakamkan di sana.
“Tadi saya dapat informasi dari keluarga yang mengatakan kalau jenazah tidak dibawa ke rumahnya (di Kompleks Perumahan Bukit Waringin Bogor), tapi langsung diantar ke kampungnya di Jawa Tengah,” ucap Hasanah.
Kabar tersebut diketahui Hasanah pada pukul 16.00 WIB. Sementara, istri korban pada sore itu sudah berada di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, mendampingi jenazah sang suami untuk terakhir kalinya.
Selanjutnya, pada pukul 16.30 WIB, tersiar kabar bahwa korban telah diangkut menggunakan kendaraan jenazah RS Polri Kramat Jati menuju kampung halaman untuk dimakamkan pada keesokan harinya. “Korban adalah pribadi yang baik, dan termasuk orang lama yang tinggal di sini. Saat saya masuk ke kompleks ini tahun 2011, dia sudah ada. Namun ternyata Allah berkehendak lain. Semoga amal ibadahnya selalu menyertainya,” tutur Hasanah.
Kerusuhan antara aparat kepolisian dan napi kasus terorisme di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua menelan korban jiwa. Enam orang tewas, yakni 5 anggota Polri dan 1 napi teroris. Kelima polisi yang meninggal itu adalah Brigadir Polisi Satu (Briptu) Anumerta Denny Setiadi, Iptu Anumerta Yudi Rospuji Siswanto, Briptu Anumerta Wahyu Catur Pamungkas, Briptu Anumerta Syukron Fadhli, dan Brigadir Polisi Kepala (Bripka) Anumerta Fandi Setyo Nugroho. Lima anggota kepolisian yang gugur tersebut diganjar penghargaan berupa kenaikan pangkat luar biasa oleh negara.
Dalam peristiwa itu, seorang anggota Polri lainnya yakni Brigadir Polisi Kepala (Bripka) Iwan Sarjana juga sempat disandera napi. Setelah tim negosiator Polri menempuh proses negosiasi selama 27 jam, Bripka Iwan akhirnya berhasil dibebaskan pada Kamis (10/5/2018), sekitar pukul 00.00 WIB.
Kepala Divisi (Kadiv) Humas Polri, Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto mengatakan, insiden yang terjadi di Mako Brimob Selasa malam sebenarnya berawal dari masalah sepele. Namun, masalah itu kemudian jadi membesar karena ada yang memprovokasi para napi lainnya untuk membuat kekacauan. Polri pun masih mempelajari apa sesungguhnya yang menjadi keinginan para penyandera.
“(Tuntutan penyandera) tidak jelas, karena asal-usulnya masalah sepele, masalah makanan. Tiba-tiba ada yang provokasi dan membobol ruangan, lalu memprovokasi yang lain,” ucap Setyo, Rabu (9/5/2018).
Editor: Ahmad Islamy Jamil